Kamis 04 Feb 2021 16:08 WIB

20 Ribu Orang Positif Covid-19 Abaikan Isolasi Diri

Penelitian telah menunjukkan antara 40 persen dan 20 persen orang tak patuh isolasi

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19. Sekitar 20 ribu orang setiap hari dihubungi oleh sistem tes dan tracing Covid-19.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Sekitar 20 ribu orang setiap hari dihubungi oleh sistem tes dan tracing Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekitar 20 ribu orang setiap hari dihubungi oleh sistem tes dan tracing Covid-19. Namun, tidak sepenuhnya mematuhi instruksi untuk mengisolasi diri. Penelitian telah menunjukkan antara 40 persen dan 20 persen orang yang dihubungi oleh program tersebut tidak sepenuhnya mengisolasi diri setelah diperintahkan untuk melakukannya.

"Berdasarkan tingkat orang yang dihubungi setiap hari, perkiraan optimistis menunjukkan bahwa 20 ribu tidak sepenuhnya mengikuti instruksi isolasi diri," kata Kepala NHS Test and Trace, Baroness Dido Harding dikutip dari Belfast Telegraph, Kamis (4/2).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan mungkin ada banyak alasan di balik orang-orang mengabaikan aturan tersebut. Ini termasuk tidak memahami apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan, kepraktisan mengisolasi diri seperti tidak memiliki cukup makanan di rumah atau membutuhkan obat, beberapa tidak mampu membelinya dan merasa mereka perlu pergi bekerja dan dampak kesehatan mental.

Mengambil jumlah total kasus dan kontak minggu lalu, sekitar 700 ribu yang setara dengan 100 ribu sehari. Ia menyimpulkan kalau 20 ribu orang sehari tidak mengisolasi.

Ia menambahkan kekhawatiran terbesarnya adalah orang-orang yang merasa sakit tetapi tidak maju untuk pengujian. Sistem pengawasan perlu melihat wabah varian baru baik di perbatasan, luar negeri dan di Inggris untuk membasmi varian baru yang berbahaya saat muncul.

"Apa yang saya maksud sebelumnya adalah memprediksi dengan tepat kapan itu akan terjadi dan karena itu berada di depan kurva, itu jauh lebih sulit. Saya rasa tidak ada ilmuwan di dunia yang akan bersedia untuk menandatangani cap tanggal kapan mutasi tertentu kemungkinan besar akan terjadi," kata dia.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock berharap pandemi akan mengurangi “bibir atas kaku orang Inggris” ketika orang-orang terus bekerja walaupun sakit flu.

"Menurut saya itu adalah beberapa perubahan perilaku yang kami lihat sekarang. Sehingga saya akan optimistis agar National Institute for Health Protection kedepannya dapat kami jadikan sebagai norma dalam masyarakat," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement