REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan, terdapat kenaikan konsumsi produk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk pasar domestik selama 2020. Kenaikan disebut mencapai 3,6 persen dari tren konsumsi tahun 2019.
Ketua Umum Gapki, Joko Suproyono, mengatakan, tahun lalu konsumsi CPO sebanyak 17,35 juta ton. Angka itu lebih tinggi dari konsumsi 2019 sebesar 16,75 juta ton.
Peningkatan tersebut terutama ditopang oleh konsumsi produk biodiesel dari 5,8 juta ton pada 2019 menjadi 7,2 juta ton. Selain itu, kenaikan untuk produk oleokimia juga turut mendongkrak konsumsi dari 89 ribu ton menjadi 197 ribu ton.
Kenaikan produk biodiesel terutama didorong oleh mandatori program biodiesel 30 persen (B30). Adapun oleokimia lantaran konsumsi terhadap produk pembersih maupun antiseptik meningkat drastis pada masa pandemi.
"B30 diumumkan oleh Presiden Jokowi tetap jalan di 2020, itu kemudian mendorong sentimen positif. Oleokimia sangat tinggi naiknya, dugaan saya karena berkaitan dengan pandemi, karena konsumsi disinfektan, sabun, dan pembersih segala macam itu naik," kata Joko dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2).
Namun, pada sektor produk pangan, konsumsi CPO mengalami penurunan. Dari 723 ribu ton pda 2019 menjadi 801 ribu ton untuk tahun 2020. Situasi itu menurut Joko karena kebijakan sejumlah pembatasan aktivitas sosial oleh pemerintah untuk menekan laju penyebaran Covid-19.
"Minyak paling banyak dikonsumsi hotel, restoran, katering sehingga permintaan juga menurun," kata dia.
Adapun pada tahun ini, Gapki memproyeksi konsumsi CPO di dalam negeri akan mengalami kenaikan. Diperkirakan konsumsi akan naik ke level 18,5 juta ton. Kenaikan itu dinilai sejalan dengan optimisme masyarakat pada tahun ini dan dunia usaha.