REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ilmuwan Inggris memulai penelitian untuk mencari tahu kemungkinan mencampur dan mencocokkan vaksin Covid-19 yang berbeda, Kamis (4/3). Vaksin yang diluncurkan sekarang membutuhkan dua dosis dengan setiap orang diharapkan mendapatkan dua suntikan dari jenis yang sama berjarak beberapa minggu.
Pedoman di Inggris dan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa vaksin tidak dapat dipertukarkan. Namun, vaksin dapat dicampur jika jenis yang sama tidak tersedia untuk dosis kedua atau jika tidak diketahui apa yang diberikan untuk suntikan pertama.
Peserta dalam studi baru yang didanai pemerintah Inggris akan mendapatkan satu suntikan vaksin AstraZeneca diikuti dengan satu dosis dari Pfizer, atau sebaliknya. "Studi ini akan memberi kita wawasan yang lebih luas tentang bagaimana kita dapat menggunakan vaksin untuk tetap berada di atas penyakit jahat ini,” kata wakil kepala petugas medis Inggris, Jonathan Van Tam.
Tam mengatakan dengan tantangan imunisasi jutaan orang di tengah kekurangan vaksin global, akan ada keuntungan memiliki data yang dapat mendukung kampanye imunisasi yang lebih fleksibel. Penelitian di Inggris dijadwalkan untuk berjalan 13 bulan dan akan menguji interval yang berbeda antara dosis, empat minggu dan 12 minggu.
Baca juga : Perusahaan Farmasi Malaysia Pastikan Vaksin Sinovac Halal