REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain konsumsi domestik, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki),optimistis pangsa ekspor produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang menjadi dominasi dari pasar industri sawit juga akan mengalami kenaikan. Gapki melihat, banyak negara yang karena alasan ekonomi terpaksa lebih terbuka.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, ekspor CPO Indonesia diperkirakan akan meningkat pada 2021 baik volume maupun nilainya. Kinerja ekspor CPO diproyeksikan naik ke level 37,5 juta ton dari ekspor tahun lalu 34 juta ton.
Meski begitu, ada tantangan dalam pasar ekspor. Faktor yang diperkirakan mengganggu permintaan antara lain berjangkit kembalinya Covid-19 di China maupun negara lain serta berjangkitnya African Swine Fever.
"Itu bisa mengganggu permintaan oilseed dan oilmeal yang pada akhirnya akan mengganggu permintaan minyak nabati termasuk minyak sawit," kata Joko dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2).
Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Suwandi Winardi, mengatakan, Aprobi meyakini konsumsi produk CPO untuk bahan bakar biodiesel di dalam negeri akan terus mengalami pertumbuhan. Adapun untuk ekspor, tidak bisa diandalkan.
Meskipun pemerintah menunda program mandatori B40 di dalam negeri, hal itu tetap akan menjadi peta jalan pemerintah ke depan dalam meningkatkan konsumsi CPO untuk bahan bakar. "Dengan dukungan pemerintah, kita bisa mengalihkan konsumsi ke pasar domestik," kata dia.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemicals Indonesia, Rapolo Hutabarat, menambahkan, dunia usaha berharap program vaksinasi dan ketersediaan vaksin berjalan lancar. Sebab, vaksinasi akan menjadi dorongan positif terhadap industri sawit untuk bisa meningkatkan kinerja pada tahun ini.