Jumat 05 Feb 2021 08:00 WIB

Imam Besar Al-Azhar dan Paus Rayakan Hari Persaudaran

Hari Persaudaran dirayakan Imam Besar Al-Azhar dan Paus Rayakan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Imam Besar Al-Azhar dan Paus Rayakan Hari Persaudaran. Foto:   Paus Francis berpelukan dengan Imam Besar Masjid Al Azhar, Kairo Syeikh Ahmed al-Tayeb, Senin, 23 Mei 2016.
Foto: Osservatore Romano / Reuters
Imam Besar Al-Azhar dan Paus Rayakan Hari Persaudaran. Foto: Paus Francis berpelukan dengan Imam Besar Masjid Al Azhar, Kairo Syeikh Ahmed al-Tayeb, Senin, 23 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID,ABU DHABI -- Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb merayakan Hari Persaudaraan Manusia (International Day of Human Fraternity) untuk pertama kalinya secara virtual. Perayaan ini dilaksanakan bersama dengan Paus Fransiskus.

"Persaudaraan adalah batas baru bagi umat manusia. Ini tantangan abad kita, tantangan zaman kita. Tidak ada waktu untuk ketidakpedulian. Baik kita bersaudara atau akan saling menghancurkan, dunia tanpa persaudaraan  adalah permusuhan," ucap Paus Fransiskus saat acara, dilansir di America Magazine, Jumat (5/2).

Baca Juga

Kepala Gereja Katolik dan Imam Besar Al-Azhar selama acara memberikan kesaksian kuat kepada dunia tentang persahabatan dan komitmen mereka untuk bekerja sama demi perdamaian di antara bangsa-bangsa.

Masing-masing dari pemimpin agama ini berusaha menegaskan kembali pentingnya persaudaraan, seperti yang  mereka lakukan di Abu Dhabi dua tahun lalu. Hal ini menjadi ajaran fundamental dari tradisi agama masing-masing, dimana semua manusia diciptakan oleh satu Tuhan dan dipanggil untuk hidup bersama sebagai saudara.

Dua tahun lalu, Imam Besar Al-Tayyeb bersama Paus menyusun sebuah dokumen, "Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama". Paus berterima kasih kepada Imam Besar atas persahabatan yang terjalin dalam perjalanan refleksi dan penyusunan dokumen itu.

Perayaan Hari Persaudaraan Internasional kali ini diselenggarakan di Abu Dhabi oleh Hakim Mohamed Abdel-Salam, dan disiarkan ke seluruh dunia oleh Vatican Media.

"Meskipun tidak mudah untuk menulis dokumen itu, tapi kami dapat melakukannya bersama, saling membantu. Hal yang paling indah adalah keinginan kami untuk persaudaraan dikonsolidasikan menjadi persaudaraan sejati," ujarnya.

Berbicara dalam Bahasa Arab, Imam Besar mengatakan dokumen tersebut menyerukan kerja sama, penolakan terhadap intoleransi dan kebencian, serta diakhirinya perang di dunia. Promosi toleransi dan harmoni merupakan jalan menuju persaudaraan dan perdamaian.

Dalam perayaan kali ini, ia mengungkapkan harapannya agar lonceng persaudaraan bisa berbunyi di seluruh dunia dan diikuti para pemimpin negara. Imam Besar lantas mendesak par pemimpin untuk menegakkan prinsip-prinsip persaudaraan dalam masyarakat.

"Saya berkomitmen selama sisa hidup saya untuk bekerja sama dengan Paus Fransiskus dan saudara dan saudari saya di seluruh dunia, untuk membuat persaudaraan menjadi kenyataan yang hidup," kata dia.

Imam Besar Al-Tayyeb juga mengungkapkan keyakinannya bahwa semua orang merupakan saudara dan saudari, terlepas dari keragaman mereka. Semua pihak memiliki hak untuk hidup dalam damai.

Dokumen tentang persaudaraan manusia ini telah menginspirasi setidaknya tiga inisiatif penting yang perlu diperhatikan. Hal ini mengarah pada pembentukan Komite Tinggi untuk Persaudaraan Manusia guna mempromosikan dan melaksanakan agenda inti dari teks penting tersebut.

Hakim Abdel-Salam selaku pembawa acara peringatan ini telah diangkat sebagai Sekretaris Jenderal Komite. Dalam menjalankan peran tersebut, ia telah melibatkan Komisi Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta Vatikan.

Berkat kemurahan hati Putra Mahkota Emirat Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed, dokumen tentang persaudaraan manusia ini mengarah pada pembentukan Zayed Award for Human Fraternity.

Pemenang hadiah ditentukan oleh juri internasional yang terdiri dari para pemimpin agama dan tokoh sipil. Penerima pertama hadiah itu adalah Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb.

Dalam perayaan virtual kali ini, ditentukan dua pemenang Zayed Award 2021 yang dapat diberi penghargaan. Dua orang ini adalah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa kelahiran Portugis, António Gutteres, serta seorang wanita Maroko-Prancis yang kehilangan putranya, Imad, dalam serangan teroris di Prancis dan kemudian mendirikan Asosiasi Imad untuk Pemuda dan Perdamaian guna menghormati putranya, Latifa Ibn Ziaten.  

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement