REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) infeksius di Jawa Barat (Jabar) berpotensi meningkat selama pelaksanaan vaksinasi COVID-19 berlangsung. Guna mengatasi limbah vaksinasi COVID-19, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jabar melalui PT Jasa Medivest (Jamed) akan menambah kapasitas penanganan limbah B3 infeksius hingga 24 ton per harinya, 500 kilogram per jam melalui dua mesin insinerator ramah lingkungan.
Direktur Jasa Medivest Olivia Allan mengatakan, jika telah siap empat mesin insinerator tersebut, maka kapasitas penanganan limbah B3 infeksius milik Jamed bisa mencapai 48 ton per harinya "Tahun ini, kami upayakan financial close untuk segera terbangunnya tambahan dua mesin incinerator lagi, sehingga total limbah infeksius yang bisa kami musnahkan menjadi 48 ton per hari," kata Olivia, Kamis (4/2) dalam siaran pers yang diterima Republika.
Jasa Medivest merupakan anak perusahaan BUMD Jasa Sarana yang berfokus dalam pengelolaan limbah B3 medis, berlokasi di kawasan Dawuan, Kabupaten Karawang.Penanganan limbah medis COVID-19 yang dilakukan Jamed bersifat aman terhadap lingkungan. Sebab, pemusnahan menggunakan insinerator berbasis teknologi “Stepped Heart Controlled Air” dengan dua proses pembakaran bersuhu 1.000-1.200 derajat celcius, dilengkapi pula alat kontrol polusi udara.
Mesin pembakaran mampu menetralkan emisi gas buang seperti partikel-partikel, acid gas, toxic metal, organic compound, CO, dioxin dan furan, sehingga gas buang yang dikeluarkan dapat memenuhi parameter standar baku emisi internasional.
Olivia melaporkan, sepanjang tahun 2020, Jamed sudah menangani 730 ton limbah medis COVID-19 di sejumlah provinsi. Selain Jabar, Jamed juga menangani limbah COVID-19 dari DKI Jakarta, Maluku, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jambi, Bali, dan Yogyakarta. "Prosedur penanganan limbah vaksinasi COVID-19 sama dengan SOP penanganan limbah COVID-19. Pasti akan diutamakan," ucapnya.
"Kami tentu siap mendukung program vaksinasi COVID-19 yang digulirkan pemerintah, tentunya bersama kapasitas kami pengelolaan limbah medisnya," imbuhnya. Selain peningkatan kapasitas insinerator, kata Olivia, Jamed juga berupaya mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) mumpuni di Plant Dawuan. Selama pandemi COVID-19, Jamed telah memberdayakan lima orang karyawan, yang berasal dari sekitar kawasan Plant. Selain itu, kendaraan pengangkut limbah medis pun akan ditambah. Tidak lain, tujuannya adalah agar operasional dapat berjalan optimal. "Kami memberdayakan masyarakat di sekitar Plant Jamed, untuk bisa mengisi alokasi tambahan personel di lapangan," katanya.
"Kami juga sudah melakukan pengadaan mobil pengangkutan. saat ini dalam tahap, pengurusan izin. Jumlahnya lima kendaraan akan kami tambah,"pungkasnya Olivia menegaskan, Jamed menerapkan SOP penanganan limbah medis dengan ketat. Mulai dari distribusi limbah medis dari fasyankes, sampai proses pengolahan dan pengelolaan residu ke sanitary landfill berizin. Limbah COVID-19 selalu didahulukan dalam penanganan, guna menekan potensi sebaran COVID-19. Jamed pun telah menyusun SOP secara komprehensif, misalnya pegawai di plant dawuan dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD), dan penyemprotan disinfektan pada limbah COVID-19. Selain itu, manajemen menyediakan fasilitasi vaksin terkait didukung asupan gizi untuk menjaga imunitas pegawai. "Asupan gizi pegawai wajib kami perhatikan. Vitamin C setiap hari wajib dan kami sediakan. Untuk makanan, ada tambahan buah-buahan," tuturnya.