REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Pew Research Center mengungkap pandemi Covid-19 telah memperkuat keimanan dalam beragama bagi orang-orang di Amerika dan sejumlah negara lainnya. Hal itu menjadi menarik sebab diketahui selama pandemi Covid-19 kegiatan keagamaan di banyak negara harus dibatasi atau bahkan ditunda pelaksanaannya agar bisa menerapkan protokol kesehatan.
Namun demikian, survei Pew Research Center menunjukkan ada faktor-faktor yang mendorong peningkatan keimanan dalam beragama selama pandemi meskipun minimnya kegiatan keagamaan. Menurut cendekiawan Muslim, Prof. Didin Hafidhuddin hasil survei meningkatnya keimanan dalam beragama selama pandemi menunjukan pandemi Covid-19 telah menyadarkan manusia pada kelemahan dirinya dalam hidup. Pandemi sekaligus menyadarkan manusia akan kekuasaan Allah.
"Orang-orang banyak berpikir secara jernih ternyata Covid-19 itu tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dideteksi. Ini menggambarkan ada kekuatan yang mengendalikannya. Dan tidak dapat dipungkiri kekuatan pengendali itu adalah Allah. Sains dan teknologi yang begitu canggih tidak berdaya menghadapi Covid-19 ini. Seolah-olah teori-teori di bidang ilmu tidak berdaya menghadapinya. Manusia disadarkan akan kelemahan dirinya, dan disadarkan pula untuk kembali pada zat yang Maha Kuasa, Allah SWT," kata Prof Didin kepada Republika.co.id, Jumat (5/2).