REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan fintech peer to peer lending (P2P Lending) PT Toko Modal Mitra Usaha (Tokomodal) fokus membantu pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya warung kelontong untuk meningkatkan bisnisnya. Dengan tumbuhnya sektor UMKM akan membantu pemerintah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan banyak lapangan kerja.
Co Founder Tokomodal, Chris Antonius mengatakan, Tokomodal sudah tiga tahun berkolaborasi dengan PT. Sumber Alfaria Trijaya (SAT) Tbk-pengelola jaringan ritel Alfamart dan Alfamikro-untuk memudahkan pemilik warung atau Outlet Binaan Alfamart (OBA) menerima tambahan modal secara tepat, mudah, dan terjangkau. Apalagi, Tokomodal sebagai salah satu perusahaan Fintech dari 41 P2P berizin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Ini juga untuk mewujudkan inklusi dan literasi keuangan serta menjangkau usaha mikro yang belum tersentuh oleh pelayanan perbankan (underserved dan unbankable),” kata Chris dalam rilisnya, Jumat (5/2).
Menurut dia, dengan kondisi pandemi saat ini banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya. Karena itu, banyak yang membuka peluang usaha di sektor UMKM. Kehadiran Tokomodal ini diharapkan bisa membantu mereka meningkatkan bisnisnya dan kualitas hidupnya.
Menurut dia, untuk pemilik warung yang ingin mendapatkan fasilitas Tokomodal harus menjadi member OBA. Mereka tinggal daftar ke Alfamikro, lalu pihak Alfamikro akan melakukan survei.
Selain itu, OBA juga harus bisa mengoperasikan smartphone karena pemesanan barang akan menggunakan aplikasi. Banyak keuntungan yang didapatkan pemilik warung jika sudah menjadi member OBA.
Pertama, pesan barang lebih mudah dan cepat. Kedua, belanja sekarang bayarnya bisa belakangan. Dan terakhir adalah gratis ongkos kirim. Tingginya kepercayaan masyarakat pada Tokomodal bisa dilihat dari kinerja 2020.
Di tengah pandemi Covid-19 jumlah OBA naik 100 persen, dari 9.000 OBA pada 2019 menjadi 18 ribu OBA. Saat ini, Tokomodal sudah menjangkau 20 Provinsi di 200 Kota.
“Total pembiayaan yang telah disalurkan lebih dari 800 miliar dalam 600 ribu transaksi,” ujar dia.
Menurut dia, Covid-19 meningkatkan jumlah OBA. Apalagi, transaksi OBA selama Covid-19 meningkat. “Orang sekarang mengurangi ke mall, banyak ke warung. Ada juga yang tutup, khususnya di daerah pariwisata,” katanya.
Jumlah pemodal pun naik menjadi 1.000 pemodal. Mereka yang ingin menjadi pemodal tinggal download aplikasi Tokomodal. Jumlah investasi juga tidak dibatasi. Bunga yang ditawarkan lebih tinggi dari deposito.
“Nanti mereka sendiri yang memilih mau membantu OBA mana,” katanya.
Chris yang juga menjabat Ketua Bidang Organisasi Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) ini mengatakan, Tokomodal sangat memperhatikan keamanan pemodal dalam berinvestasi dengan selalu menjaga kualitas kredit yang disalurkan agar tepat sasaran.
Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keberhasilan bayar dalam tempo 90 hari (TKB90) 100 persen atau resiko gagal bayar (NPL) 0 persen. Chris menambahkan, tahun ini menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan Rp 1 triliun. “Kita targetkan naik 10-15 persen,” katanya.
Direktur Utama Tokomodal Muhamad Aidil Fathany mengatakan, akan terus merambah perluasan cakupan OBA di seluruh provinsi, pihaknya juga tetap berkomitmen menjalankan program sosial ‘Bedah Warung’ dan pembekalan pengetahuan tata kelola warung yang dilakukan untuk menciptakan sinergi antara Tokomodal, Alfamikro dan pemilik warung binaan.
"Selain itu di tahun 2021 ini kami juga menargetkan bisa mempertahankan kinerja terbaik agar dapat semakin meningkatkan pelayanan kepada OBA & pemodal, dengan terus menambah beragam fitur pada aplikasi untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat," kata Aidil.