Jumat 05 Feb 2021 22:45 WIB

Facebook Diblokir, Aktivis Myanmar Pindah ke Twitter

Netizen Myanmar menggunakan tagar pro demokrasi untuk melawan junta.

Red: Teguh Firmansyah
 Guru dari Universitas Pendidikan Yangon memegang papan nama di Yangon, Myanmar Jumat, 5 Februari 2021. Seorang anggota senior partai yang berkuasa di Myanmar telah menjadi politisi terkemuka terbaru yang ditangkap ketika pemerintah militer baru negara itu terus menghadapi perlawanan terhadap perebutan kekuasaannya. Rambu-rambu bertuliskan Pembangkangan Sipil Guru Myanmar
Foto: AP
Guru dari Universitas Pendidikan Yangon memegang papan nama di Yangon, Myanmar Jumat, 5 Februari 2021. Seorang anggota senior partai yang berkuasa di Myanmar telah menjadi politisi terkemuka terbaru yang ditangkap ketika pemerintah militer baru negara itu terus menghadapi perlawanan terhadap perebutan kekuasaannya. Rambu-rambu bertuliskan Pembangkangan Sipil Guru Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Sejak militer Myanmar memblokir sementara media sosial Facebook pada Kamis (4/2), ribuan warga di negara Asia Tenggara itu beralih ke Twitter. Perkiraan itu berdasarkan jumlah unduhan aplikasi tersebut dan perhitungan Reuters.

Banyak orang di Twitter kemudian menggunakan tagar pro demokrasi untuk mengkritik pengambilalihan tentara dan menyerukan protes damai sampai hasil pemilu November, yang dimenangi secara telak oleh partai Aung San Suu Kyi, agar dihormati.

Baca Juga

Hashtag #RespectOurVotes (Hormati Suara Kami), #HearTheVoiceofMyanmar (Dengarkan Suara Myanmar), dan #SaveMyanmar (Selamatkan Myanmar) semuanya memiliki ratusan ribu interaksi pada Jumat, menurut pelacak tagar BrandMentions.

Junta merebut kekuasaan pada Senin (1/2) dalam kudeta terhadap pemerintah Suu Kyi yang terpilih secara demokratis sebagai tanggapan atas apa yang dikatakan tentara sebagai "kecurangan pemilu."