REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Gabriele Gravina menegaskan, perselisihan antara Zlatan Ibrahimovic dengan Romelu Lukaku tidak pantas terjadi. Akan tetapi, ia menolak memberikan hukuman kepada kedua pemain.
"Itu sesuatu yang tak menyenangkan untuk dilihat, tetapi saya tak akan berbicara tentang hukuman yang patut dicontoh," kata Gravina kepada Il Corriere della Sera, dikutip Football Italia, Jumat (5/2).
Kedua mantan penyerang Manchester United ini terlibat pertengkaran saat AC Milan dan Inter Milan bentrok pada perampat final Coppa Italia di Stadion Giuseppe Meazza, 26 Januari lalu.
Insiden itu terjadi tak lama sebelum babak pertama berakhir. Keduanya bahkan harus dipisahkan oleh rekan satu tim lantaran saling melontarkan hinaan.
Ibra dinilai telah memprovokasi Lukaku dengan menyebut kata voodoo untuk penyerang berpaspor Belgia. Apabila Ibra terbukti bersalah melakuan pelecehan rasialis terhadap Lukaku maka sang pemain akan mendapat hukuman.
Akan tetapi Gravina mengeklaim, keputusan hukuman tidak berada dalam kapasitasnya dan menyerahkan hal itu kepada Jaksa Penuntut Federal.
Direktur Teknik Milan Paolo Maldini membela perlakuan Ibrahimovic, sementara Beppe Marotta mengatakan striker Inter itu diprovokasi oleh sang lawan.
Ibra sendiri telah menyatakan bahwa tindakannya kepada Lukaku bukan bermaksud rasialis. Akan tetapi, pernyataan voodoo mengarah kepada pemberitaan Presiden Everton Farhad Moshiri.