REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas barter meningkat di seluruh dunia karena pandemi covid-19. Salah satu negara yang menginspirasi kelompok Dunne di London adalah Fiji. Fiji memiliki tradisi barter yang panjang dan dikenal sebagai veisa. Aktivitas ini mulai berkembang di tengah Covid-19.
“Saya tahu uang akan sulit untuk diberikan dan bahkan lebih sulit didapat. Saya bertanya pada diri sendiri, apa yang terjadi jika tidak ada lagi uang? Barter adalah solusi alami,” kata Penggagas kelompok Barter for a Better Fiji, Marlene Dutta, dilansir dari BBC.
Anggota kelompok itu hanya di bawah 190 ribu orang atau lebih dari 20 persen populasi Fiji. Barang-barang yang biasa ditukar berupa biola untuk tas kulit atau donat untuk membuat batu bata. Namun, barang yang paling sering diminta adalah bahan makanan.
Aktivitas barter tak terbatas hanya pada pertukaran barang. Di Jepang, waktu juga dapat dibarter. 'Time banking' yang dimulai di Jepang pada tahun 1970-an dan di AS pada tahun 1992, mengalami lonjakan popularitas.
Anggotanya menghabiskan satu jam untuk membantu anggota lain dan dapat menerima satu jam bantuan sebagai imbalan. Biasanya, mereka menawarkan dan menerima seperti waktu pelajaran piano, layanan melukis, atau pengajaran bahasa.
“Kami jelas memiliki lebih banyak minat sebagai sebuah organisasi dengan empat bank baru yang dimulai saat karantina wilayah,” kata Manajer Komunikasi Time Banking Inggris, Kerri Tyler.
Selama Covid-19, banyak bank waktu Inggris telah membantu komunitas lokal. Misal, di Gloucester, anggota bank waktu Fair Shares telah membeli resep, berbelanja, dan membuat bingkisan makanan untuk mereka yang paling terpukul oleh krisis ekonomi.