Sabtu 06 Feb 2021 19:23 WIB

Kenaikan Kasus Covid-19 Usai Imlek Bergantung Pemerintah

Epidemiolog sarankan pemerintah prioritaskan kesehatan dulu.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Calon pembeli memilih pernak pernik Imlek yang dijual di Pasar Glodok, Jakarta, Sabtu (6/2/2021).
Foto: Antara/Reno Esnir
Calon pembeli memilih pernak pernik Imlek yang dijual di Pasar Glodok, Jakarta, Sabtu (6/2/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan Covid-19 di Indonesia masih terjadi dan diperkirakan meningkat usai libur Tahun Baru China (Imlek) 12 Februari 2021 besok. Namun, banyaknya kasus Covid-19 baru pascalibur Imlek bergantung pada pemerintah.

"Itu tergantung pemerintah, pemangku kepentingan sudah tahu kok apa yang harus dilakukan dan tidak perlu diajari lagi. Sebenarnya saran saya sejak dulu sama, bagaimana membatasi mobilitas penduduk kalau mau menekan kasus," kata Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, saat dihubungi Republika, Sabtu (6/2).

Baca Juga

Ia meminta pemerintah jangan memikirkan ekonomi. Jika pemerintah masih memikirkan ekonomi maka penularan kasus akan terus terjadi.

Seharusnya, dia melanjutkan, kesehatan jadi nomor satu. Namun, kalau pemerintah tidak berubah dan kasus terus bertambah, masyarakat yang terinfeksi semakin banyak dan bisa meninggal dunia.

Ia menambahkan, penuhnya kapasitas tempat tidur di rumah sakit membuat orang yang terinfeksi bisa saja tidak mendapatkan penanganan medis rumah sakit (RS) karena penuhnya pasien. Terkait menambah tempat tidur, Pandu mengatakan tidak mungkin karena tempat tidur di rumah sakit kini sudah melebihi kapasitas.

Kemudian, pasien yang tidak mendapatkan penanganan medis di fasilitas kesehatan ini kemudian bisa meninggal dunia, bisa di lobi, IGD rumah sakit. "Artinya, tingkat kematian jadi tinggi," ujarnya.

Kalau banyak yang meninggal dunia, ia meminta pemerintah menyediakan lahan permakaman baru. "Kini saya menunggu pemerintah akan mengambil kebijakan apa. Saya sudah bosan memberikan saran tetapi pemerintah tidak pernah mendengar," katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta masyarakat Indonesia memanfaatkan libur Imlek dengan bijak. Menurutnya, perayaan Imlek tahun ini masih berada dalam situasi pandemi Covid-19.

"Kita masih ada di dalam suasana berupaya mengatasi wabah Covid-19. Mohon semua bisa memanfaatkan hari libur ini dengan bijak," ujar Muhadjir saat konferensi virtual Kantor Sekretariat Presiden, Kamis (4/2). Ia meminta masyarakat yang memanfaatkan hari libur ini supaya memanfaatkan dengan bijak dan mematuhi imbauan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

Menkes juga meminta Imlek besok dirayakan dengan cara baru, yaitu menerapkan protokol kesehatan (prokes). Ia menjelaskan, Imlek adalah momen penting bagi Indonesia, khususnya umat Konghuchu dan Tionghoa. Imlek memiliki makna tahun yang baru, harapan baru, dan keberuntungan baru.

"Sehingga tanpa mengurangi makna tersebut, saya mengimbau agar teman-teman umat Konghuchu dan Tionghoa merayakan tahun baru Imlek tahun ini dengan cara yang baru, yaitu di mana kita melakukannya bersama dengan keluarga kita, bersama-sama di rumah dengan cara masa kini yaitu digital," katanya saat konferensi virtual Kantor Sekretariat Presiden, Kamis (4/2).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement