Senin 08 Feb 2021 06:16 WIB

Stimulus Jumbo Biden Diprediksi Pulihkan Lapangan Kerja

Kebutuhan mendesak saat ini adalah menangani masalah resesi akibat pandemi

Rep: Adinda Pryanka / Red: Hiru Muhammad
Rak sepeda berbentuk simbol mata uang Amerika Serikat di Wall Street dekat Bursa Efek New York di New York, New York, AS, 15 Juni 2020. Investor terus mencoba dan memprediksi dampak ekonomi global dari coronavirus yang sedang berlangsung.
Foto: EPA-EFE/JUSTIN LANE
Rak sepeda berbentuk simbol mata uang Amerika Serikat di Wall Street dekat Bursa Efek New York di New York, New York, AS, 15 Juni 2020. Investor terus mencoba dan memprediksi dampak ekonomi global dari coronavirus yang sedang berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyebutkan, negara masih berada dalam jurang yang dalam dengan menghilangnya jutaan pekerjaan pada masa pandemi Covid-19. Tapi, rencana stimulus senilai 1,9 triliun AS dari Presiden Joe Biden diyakini dapat memulihkan lapangan kerja secara penuh pada tahun depan.

Yellen yang merupakan mantan pimpinan Federal Reserve mengatakan, kebutuhan mendesak saat ini adalah menangani masalah yang terjadi pada masa resesi akibat pandemi saat ini. Misalnya, pengangguran, kehilangan bisnis kecil dan membuka kembali sekolah.

"Kita hadapi tantangan ekonomi yang sangat besar di sini dan penderitaan yang luar biasa di negara ini. Kita harus mengatasinya. Ini adalah risiko terbesar," katanya, seperti dilansir di AP News, Ahad (7/2).

Pada Jumat (5/2), pemerintah melaporkan, perekonomian hanya menciptakan 49 ribu pekerjaan pada Januari, setelah kehilangan banyak lapangan kerja pada Desember. Yellen menjelaskan, laporan baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja dapat terhenti dengan 10 juta orang masih menganggur dan 4 juta orang telah keluar dari pasar tenaga kerja. 

Mengutip laporan dari Kantor Anggaran Kongres, Yellen mengatakan, tingkat pengangguran bisa terus di level tinggi dalam beberapa tahun mendatang. Setidaknya, dibutuhkan waktu empat tahun lagi untuk mengembalikan pengangguran ke level empat persen. Sebelum pandemi, tingkat pengangguran sempat berada di level terendah pada setengah abad terakhir, yakni di 3,9 persen.

Yellen menyebutkan, apabila paket Biden disetujui, lapangan pekerjaan AS dapat kembali penuh pada tahun depan. "Sama sekali tidak ada alasan mengapa kita harus menderita melalui pemulihan yang panjang dan lambat," katanya.

Pada pekan lalu, DPR dan Senat menyetujui undang-undang yang dibutuhkan untuk meloloskan stimulus Biden. Regulasi ini disetujui melalui proses yang disebut rekonsiliasi, yang hanya membutuhkan 51 suara di Senat. Saat itu, Senat terbagi 50-50 dengan Wakil Presiden Kamala Harris menjadi penentu akhirnya.

Ketua DPR Nancy Pelosi memperkirakan, pihaknya dapat menyetujui rincian anggaran secara spesifik dari proposal Biden selama dua pekan ke depan sebelum tunjangan pengangguran habis pada pertengahan Maret.

Salah satu usulan Partai Demokrat adalah meningkatkan kredit pajak anak yang sekarang maksimum 2 ribu dolar AS menjadi 3.600 dolar AS per anak tiap tahun. Kenaikan ini diharapkan dapat membantu sekitar 20 juta orang berpenghasilan rendah.

Usulan ini menjadi bagian dari Rancangan Undang-Undang (RUU) bantuan Covid-10 yang sebagian besar diharapkan dapat mengikuti rencana Biden. Di bawah rencana Demokrat, nominal kredit pajak anak tersebut ditujukan untuk setiap orang yang berpenghasilan 75 ribu per tahun atau pasangan dengan penghasilan 150 ribu dolar AS per tahun. Semua keluarga akan menerima dalam jumlah penuh, bahkan jika mereka tidak berhutang pajak pendapatan federal dan pembayaran ke keluarga akan dilakukan tiap bulan.

Proposal kredit akan didukung Gedung Putih dan Senat Demokrat, menurut salah seorang asisten DPR Demokrat. Biden dan timnya berpendapat, paket ekonomi jumbo dibutuhkan untuk menghindari kesalahan yang dibuat pada 2009. Saat itu, pada masa kepemimpinan Barack Obama, pemerintah tidak dapat memperoleh dukungan tambahan melalui Kongres. Dampaknya, pemulihan ekonomi setelah krisis keuangan 2009 berjalan lambat.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement