REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Afrika Selatan telah menangguhkan rencana untuk menyuntik pekerja perawatan kesehatan garis depan dengan vaksin Oxford-AstraZeneca. Keputusan itu setelah uji klinis kecil menunjukkan bahwa vaksin itu tidak efektif dalam mencegah penyakit ringan hingga sedang dari varian dominan di negara tersebut.
"Vaksin AstraZeneca tampaknya efektif melawan strain aslinya, tetapi tidak melawan variannya. Kami telah memutuskan untuk menangguhkan sementara peluncuran vaksin... lebih banyak pekerjaan harus dilakukan," kata Menteri Kesehatan, Zweli Mkhize.
Afrika Selatan menerima satu juta dosis pertama vaksin AstraZeneca dan diharapkan mulai memberikan suntikan kepada petugas kesehatan pada pertengahan Februari. Hasil awal yang mengecewakan menunjukkan bahwa penggerak inokulasi dengan menggunakan vaksin AstraZeneca mungkin tidak berguna.
Mkhize mengatakan, pada Ahad (7/2) malam data awal dari sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca hanya menawarkan perlindungan minimal terhadap penyakit ringan-sedang yang disebabkan oleh varian di Afrika Selatan. Varian tersebut tampak lebih menular dan mendorong kebangkitan penyakit yang mematikan di negara itu.
Studi yang belum ditinjau rekan sejawat melibatkan 2.000 orang dengan sebagian besar masih muda dan sehat. Usia rata-rata para relawan adalah 31 tahun.
Baca juga : Google akan Hentikan Web Cookie untuk Lacak Pengguna
"Perlindungan terhadap penyakit sedang-berat, rawat inap, atau kematian tidak dapat dinilai dalam penelitian ini karena populasi sasaran berada pada risiko yang sangat rendah," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Oxford University dan Witwatersrand University di Johannesburg.
Para ilmuwan akan mempelajari apakah vaksin AstraZeneca efektif atau tidak dalam mencegah penyakit parah dan kematian terhadap varian tersebut. Saat ini, varian virus corona yang menyebar di Afrika Selatan menyumbang lebih dari 90 persen kasus.