REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto menyampaikan kinerja Pegadaian hingga pada 2020 relatif positif, kecuali laba yang turun akibat kebijakan bisnis dan operasional selama pandemi. Kuswiyoto menyampaikan total laba bersih perusahaan pada 2020 hanya sebesar Rp 2,02 triliun atau turun 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3,11 triliun.
Kuswiyoto mengatakan kinerja perusahaan (audited) meliputi total aset perusahaan pada 2020 mencapai Rp 71,74 triliun atau naik 23,7 persen dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 65,32 triliun; pendapatan sebesar Rp 21 triliun atau naik 38,8 persen dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 17,69 persen; serta total omzet mencapai Rp 165,06 triliun atau naik 10,8 persen dibanding 2019 yang sebesar Rp 145,63 triliun. Kuswiyoto menyampaikan sektor biaya perusahaan juga mengalami kenaikan selama pandemi sebesar Rp 19,17 triliun atau naik 48 persen ketimbang 2019 yang sebesar 13,49 triliun.
"Biaya naik karena pandemi ini nasabah kami banyak terkena dampak, kita buat cadangan yang cukup untuk cover nasabah kami yang tidak bisa bayar cicilannya. Jadi kami naikkan cadangan yang besar. Dengan pencadangan yang bagus ini, insya Allah di 2021 Pegadaian tidak perlu lagi pencadangan sehingga bisa fokus pada operasional dan pelayanan," ujar Kuswiyoto saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (8/2).
Kuswiyoto menambahkan, perusahaan juga mendapat tambahan jumlah nasabah dengan total 16,93 juta nasabah pada 2020 atau tumbuh 30,2 persen dibandingkan 2019 yang sebanyak 13,86 juta nasabah.
Kuswiyoto mengatakan Pegadaian juga berkomitmen dalam mendukung program pemulihan ekonomi nasional (PEN) melalui program internal seperti restrukturisasi kredit, relaksasi kredit, dan Gadai Peduli.
"Untuk relaksasi, kami menambah masa tenggang waktu sampai 30 hari untuk kredit gadai yang biasanya 15 hari tidak tebus, dilelang. Sekarang kita tambah menjadi 30 hari tanpa tambahan biaya," ucap dia.