Senin 08 Feb 2021 21:51 WIB

Bio Farma Butuh 3 Bulan Uji Stabilitas Vaksin Covid-19

Sebanyak 25 juta dosis bulk vaksin dari Sinovac telah datang di Indonesia.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Petugas memeriksa suhu pada Envirotainer yang berisi bahan baku vaksin COVID-19 Sinovac setibanya, di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (2/2/2021). Sebanyak 10 juta bahan baku vaksin COVID-19 Sinovac tahap dua kembali tiba di Indonesia dan menambah jumlah bahan baku vaksin COVID-19 yang telah datang sebelumnya sebanyak 15 juta dosis.
Foto: M Agung Rajasa/ANTARA
Petugas memeriksa suhu pada Envirotainer yang berisi bahan baku vaksin COVID-19 Sinovac setibanya, di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (2/2/2021). Sebanyak 10 juta bahan baku vaksin COVID-19 Sinovac tahap dua kembali tiba di Indonesia dan menambah jumlah bahan baku vaksin COVID-19 yang telah datang sebelumnya sebanyak 15 juta dosis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bio Farma butuh waktu setidaknya 3 bulan untuk melakukan uji stabilitas terhadap vaksin Covid-19 yang diproduksi sendiri. Vaksin ini sebenarnya merupakan olahan dari bulk atau bahan baku yang dikirim oleh Sinovac asal China. Sebanyak 25 juta dosis bulk vaksin dari Sinovac telah datang di Indonesia hingga awal Februari 2021 ini.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 BPOM, Rizka Andalusia, menjelaskan, bahwa uji stabilitas perlu dilakukan karena ada perbedaan sistem pengemasan, dari single dose oleh Sinovac menjadi multiple doses produksi Bio Farma.

Baca Juga

"Karena sarana produksi yang baru dan perbedaan sediaan single dose menjadi multiple doses, maka diperlukan uji stabilitas minimum 3 bulan. Saat ini proses pengujian terhadap produk vaksin tersebut sedang berjalan, dan BPOM akan mengevaluasi," ujar Rizka dalam keterangan pers, Senin (8/2).

Jika ditotal, maka sudah ada 28 juta dosis vaksin Covid-19 (di luar overfill) dari Sinovac yang tiba di Indonesia. Pada dua pengiriman pertama, sebanyak 3 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi yang dijuluki Coronavac lebih dulu tiba. Coronavac inilah yang digunakan pemerintah untuk program vaksinasi periode awal bagi 1,5 juta orang dalam kelompok prioritas yakni tenaga kesehatan.

Juru Bicara PT Bio Farma Bambang Heriyanto sempat menjelaskan, sebanyak 15 juta dosis bulk vaksin yang tiba Januari lalu sudah mulai masuk proses produksi oleh Bio Farma sejak 14 Januari 2021. Produksi dari bulk vaksin ini akan digarap dalam 13 batch, dengan masing-masing batch menghasilkan sekitar 1 juta dosis.

"Jadi nanti setara dengan 13 juta dosis. Ini diperkirakan akan selesai produksi untuk yang 15 juta dosis pada 11 Februari 2021," ujar Bambang.

Sementara untuk bulk yang baru tiba awal Februari lalu, proses produksi baru akan dimulai pada 13 Februari 2021 dan ditargetkan rampung pada 20 Maret 2021. Semua bulk yang diolah menjadi produk jadi, ujar Bambang, tetap harus melalui rangkaian uji mutu ketat oleh Bio Farma dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Untuk memastikan bahwa vaksin yang kita hasilkan memenuhi standar kualitas dan standar mutu yang telah ditetapkan. BPOM akan mengeluarkan hasil uji dalam bentuk lot release," kata Bambang.

Vaksin Covid-19 yang diolah Bio Farma dari bulk ini akan nantinya akan dijuluki Covid-19 Vaksin (vaccine), sehingga berbeda dengan Coronavac yang merupakan produk jadi langsung dari Sinovac. Vaksin olahan Bio Farma nantinya akan disuntikkan kepada petugas publik dan tenaga pelayanan publik, termasuk TNI-Polri mulai akhir Februari 2021.

Bambang juga menambahkan, demi menjaga kualitas maka proses distribusi Covid-19 Vaksin oleh Bio Farma menggunakan sistem manajemen distribusi vaksin (SMDV) yang terintegrasi dilengkapi dengan dashboard 'Internet of Things'.

photo
Proses Registrasi dan Verifikasi Penerima Vaksin Covid-19 - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement