REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang yang mampu menghimpun kekayaan secara benar dalam Islam sangatlah dipuji. Bahkan dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT memuji keberadaan harta dari hamba-hamba-Nya yang mau mencari. Lantas bagaimana cara Muslim mendapatkan kebahagiaan melalui harta yang didapat?
Tak semua orang yang memiliki banyak harta belum tentu merasa bahagia. Terkadang, kekayaan yang mampu dihimpunnya justru dapat menjerumuskannya pada jurang-jurang nestapa alias kesedihan. Maka sudah seyogianya Muslim mengetahui cara-cara menggunakan hartanya dengan baik untuk mencapai kebahagiaan yang segar.
Pakar Ilmu Tasawuf Haidar Bagir dalam buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan menjelaskan, jika keutamaan jiwa diibaratkan seperti ilmu dan akhlak, lalu keutamaan tubuh diibaratkan kesehatan dan kecantikan, maka keutamaan kekayaan dapat meliputi aspek yang sangat primer yang melayani banyak hal.
Kebutuhan yang sangat primer seperti makanan dan minuman jika dipandang sebagai sudut pandang luas dapat dimaknai sebagai upaya memberikan layanan kepada tubuh. Tubuh yang sehat dapat melayani jiwa, dan apabila jiwanya sehat maka jiwa pun akan menyempurnakan dirinya dengan ilmu dan akhlak.
Dalam hal ini tubuh dan jiwa menjadi dua tuan yang dapat dilayani. Di sisi lain, jika kekayaan digunakan untuk mencapai ilmu dan akhlak maka terpujilah perbuatan yang dilakukan seorang hamba, di sinilah kebahagiaan akan dia temui. Sebaliknya, jika hartanya dihabiskan untuk berbagai kesenangan jasmani yang telah disadari buruk, maka akan buruklah jiwa dan raga dia.