REPUBLIKA.CO.ID, IHRAM.CO.ID, XINJIANG -- Selama beberapa dekade, China telah melakukan upaya besar untuk memberikan perhatian kepada warga Muslim dan memastikan kebutuhan normal mereka terpenuhi. Namun, beberapa kekuatan musuh di Barat telah menggunakan segala cara untuk menodai upaya China dalam melindungi Muslim dan terus membuat tuduhan tidak berdasar termasuk menuduh China melanggar kebebasan beragama Muslim.
Bagaimana situasi Muslim yang sebenarnya di China? Apa yang dilakukan pemerintah untuk melindungi dan meningkatkan kehidupan mereka? Bagaimana sinisasi Islam berjalan?
Reporter Global Times Liu Xin (GT) mewawancarai Adiljan Haj Kerim (Adiljan) seorang Wakil Presiden Asosiasi Islam China untuk mendapatkan jawabannya. Dilansir dari laman Global Times, Selasa (9/2).
GT: Bisakah anda ceritakan tentang pengalaman anda belajar di luar negeri? Bagaimana China mendidik para imam saat ini?
Setelah lulus dari sekolah menengah No 14 di Urumqi, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China Barat Laut, saya terpilih untuk belajar di luar negeri pada Maret 1982. Saya dikirim ke Universitas Al-Azhar di Mesir untuk belajar bahasa dan pengetahuan agama. Saya lulus pada Juni 1991 dan kemudian kembali bekerja di Asosiasi Islam China pada Juli di Beijing.
Dengan dukungan pemerintah, 10 lembaga Islam telah didirikan di banyak tempat di seluruh China, termasuk di wilayah Xinjiang dan di Lanzhou, ibu kota provinsi Provinsi Gansu.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini juga telah menyelenggarakan penyusunan buku teks agama, yang meletakkan dasar bagi pengajaran agama. Institut Islam China telah menyiapkan kursus pelatihan untuk para imam dari Xinjiang.
Sejak 2001, Administrasi Urusan Agama Nasional juga menyelenggarakan pelatihan untuk menafsirkan agama klasik dan lebih dari 1.000 orang dari Xinjiang hadir.
Sistem pendidikan dan pelatihan bagi para imam di wilayah Xinjiang juga telah dibangun. Pada September 2017, negara tersebut menyisihkan lebih dari 100 juta Yuan (15,49 juta Dolar) untuk membangun kampus baru untuk Institut Islam Xinjiang dan delapan cabang di Kashi, Hotan, dan tempat-tempat lain di Xinjiang. Mereka telah membantu mendidik lebih dari 4.000 siswa dan membantu memelihara Islam di wilayah tersebut.