Selasa 09 Feb 2021 20:45 WIB

Mengapa Ibadah di Tiga Masjid Ini Pahalanya Berlipat Ganda?

Ibadah di tiga masjid ini pahalanya berlibat ganda.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Hafil
 Mengapa Ibadah di Tiga Masjid Ini Pahalanya Berlipat Ganda?. Foto: Kelompok pertama umat muslim melakukan ibadah umroh dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi.
Foto: REUTERS/Yasser Bakhsh
Mengapa Ibadah di Tiga Masjid Ini Pahalanya Berlipat Ganda?. Foto: Kelompok pertama umat muslim melakukan ibadah umroh dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada tiga tempat istimewa dalam ajaran Islam, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid al-Aqsa. Siapa pun yang beribadah di sana akan mendapat pahala yang berlipat ganda.

Pakar Tafsir asal Indonesia, Prof M. Quraish Shihab mengatakan dalam bukunya 1.001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, Rasulullah menyatakan siapa pun yang shalat di Masjidil Haram akan mendapat 100 ribu pahala, di Masjid Nabawi 10 ribu pahala, dan Masjid al-Aqsa 1.000 pahala. Ketiga tempat tersebut merupakan tempat yang sangat istimewa karena di Masjidil Haram terdapat Baiatullah (rumah Allah) yakni Ka’bah, di Masjid Nabawi terdapat makam Rasulullah, dan di Masjid al-Aqsa terdapat makam dan peninggalan Nabi Ibrahim AS serta beberapa nabi lainnya.

Baca Juga

Hal itu yang membuat siapa saja yang berkunjung dan shalat di sana memperoleh ganjaran yang besar. Alasan lain yang membuat seseorang datang dari tempat jauh dan bermaksud shalat di sana untuk mendapat pahala besar karena setiap langkah kebaikannya diberi ganjaran oleh Allah. Misal, seseorang yang tinggal di Indonesia, mendapat ganjaran lebih banyak daripada mereka yang tinggal di Mekkah atau Madinah karena langkah yang ditempuh oleh Muslim Indonesia ke tiga tempat tersebut jauh lebih banyak daripada langkah yang ditempuh oleh penduduk setempat.

Allah berfirman dalam surat Ali-‘Imran ayat 73:

وَلَا تُؤْمِنُوْٓا اِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِيْنَكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْهُدٰى هُدَى اللّٰهِ ۙ اَنْ يُّؤْتٰىٓ اَحَدٌ مِّثْلَ مَآ اُوْتِيْتُمْ اَوْ يُحَاۤجُّوْكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللّٰهِ ۚ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۚ

Wa lā tu`minū illā liman tabi\'a dīnakum, qul innal-hudā hudallāhi ay yu`tā aḥadum miṡla mā ụtītum au yuḥājjụkum \'inda rabbikum, qul innal-faḍla biyadillāh, yu`tīhi may yasyā`, wallāhu wāsi\'un \'alīm. “Dan janganlah kamu percaya selain kepada orang yang mengikuti agamamu.” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya petunjuk itu hanyalah petunjuk Allah. (Janganlah kamu percaya) bahwa seseorang akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu, atau bahwa mereka akan menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu.” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Allah juga melarang iri hati terhadap karunia yang diberikan kepada seseorang atau sesuatu. Sebab, ada sekian banyak perbedaan tingkat yang menyangkut sesuatu dan sebagian di antaranya tidak dapat diketahui rahasianya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement