REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Seorang psikolog dan dua perawat yang membantu merawat legenda sepak bola Diego Maradona semasa hidupnya masuk dalam daftar penyelidikan polisi. Media lokal Argentina melaporkan ketiganya ditambahkan dalam kasus pembunuhan yang tidak disengaja.
Maradona meninggal karena serangan jantung di luar Buenos Aires pada 25 November tahun lalu. Kepergiannya hanya beberapa pekan setelah dia menjalani operasi otak akibat pembekuan darah.
Sebelumnya, psikiater Agustina Cosachov dan ahli bedah jantung Leopoldo Luque telah melalui penyelidikan. Keduanya diketahui merawat Maradona sebelum kematiannya.
Dilansir dari laman Japan Times, Selasa (9/2), tiga nama baru ini akan diselidik oleh jaksa pada pekan ini. Penyidik mencoba untuk menentukan apakah salah satu dari lima orang yang merawat Maradona lalai.
Maradona diketahui menderita gangguan hati, ginjal, dan kardiovaskular. Tetapi dari hasil otopsi tidak ada tanda-tanda dia mengkonsumsi alkohol atau narkotika.
Luquw pada bulan november lalu menanggapi penyelidikan terhadapnya. Dia mengatakan semua yang dia bisa hingga yang tidak mungkin akan dia lakukan untuk pasien yang tidak dapat dikendalikan.
Dari hasil topsi pertama yang dilakukan pada hari dimana Maradona meninggal diketahui bahwa ada cairan pada paru-paru. Dia pun meninggal akibat gagal jantuk karena otot jantung kesulitan untuk memompa darah.