Selasa 09 Feb 2021 23:21 WIB

Jalan Ambles di Tol Cipali, Ini Analisis PVMBG

PVMBG menjelaskan penyebab amblesnya jalan di KM 122 tol Cipali, Subang, Jabar.

Petugas memeriksa kondisi jalan tol yang ambles di ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (9/2/2021). Jalan tol Cipali KM 122 amblas pada hari Selasa (9/2) pukul 03.00 dinihari dan mengakibatkan penutupan jalan serta pemberlakuan lawan arah mulai dari KM 117 sampai KM 126.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Petugas memeriksa kondisi jalan tol yang ambles di ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (9/2/2021). Jalan tol Cipali KM 122 amblas pada hari Selasa (9/2) pukul 03.00 dinihari dan mengakibatkan penutupan jalan serta pemberlakuan lawan arah mulai dari KM 117 sampai KM 126.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menjelaskan soal amblesnya ruas jalan di Kilometer (Km) 122 Tol Cikopo-Palimanan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penyebabnya, berdasarkan analisis, disebut karena erosi dan curah hujan tinggi.

Kepala PVMBG Andiani mengatakan erosi yang terjadi menyebabkan tanah bergerak. Meski begitu, menurutnya pergerakan yang terjadi di jalan Tol Cipali itu relatif lambat.

"Kemungkinan material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi. Lalu adanya pengaruh dari erosi air permukaan di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar," kata Andiani dalam keterangannya di Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/2).

Berdasarkan analisisnya, ruas jalan tol yang ambles itu berada pada wilayah yang memiliki potensi gerakan tanah rendah. Pada zona seperti itu, menurutnya jarang terjadi gerakan tanah kecuali pada kawasan yang berbatasan dengan lembah sungai. "Gerakan tanah yang lama telah mantap kembali," kata dia.

Adapun kawasan itu menurutnya juga merupakan termasuk daerah yang landai hingga agak curam dengan kemiringan lereng kurang dari 20 derajat.

Selain itu, di daerah tersebut pun tersusun oleh batu pasir tufaan, lempung, dan konglomerat. Namun ia memastikan tidak ada struktur geologi berupa lipatan atau sesar di sekitar area gerakan tanah. "Jenis gerakan tanah berupa endapan lambat atau rayapan yang ditandai dengan retakan pada badan jalan," katanya.

Untuk itu, menurutnya pihak PVMBG merekomendasikan untuk segera menutup retakan dengan dipadatkan kembali agar air tidak meresap yang bisa mempercepat pergerakan tanah.

Menurutnya hal itu perlu segera dilakukan mengingat curah hujan yang masih tinggi guna, menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian yang lebih besar.

"Mengarahkan aliran air permukaan agar menjauhi area retakan, kemudian membuat perkuatan lereng di tepian badan jalan yang berada di dekat dengan sungai untuk mengurangi laju erosi dan meningkatkan kestabilan lereng," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement