Rabu 10 Feb 2021 14:42 WIB

China Kampanyekan Larangan Rekam Film di Bioskop

Andy Lau ikut dalam aktivitas yang bertujuan untuk memberantas pembajakan film ini.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Bintang film asal Hong Kong Andy Lau
Foto: EPA
Bintang film asal Hong Kong Andy Lau

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Momen perayaan Tahun Baru Imlek di China tahun ini akan diramaikan oleh perilisan sederet film-film baru di bioskop. Bertepatan dengan momen ini, kampanye untuk melawan tindakan fotografi tersembunyi di bioskop telah diluncurkan melalui media sosial China.

Kampanye ini digaungkan sejak tiga hari sebelum perayaan Tahun Baru Imlek. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk menekan dan memberantas tindakan pembajakan dan penyebaran konten film yang difoto atau direkam secara diam-diam.

Ada banyak pegiat industri film yang turut mendukung kampanye ini. Sebagian di antaranya adalah aktor dan aktris ternama Cina seperti Andy Lau, Yang Mi, serta sutradara Lu Yang. Melalui video yang diunggah ke media sosial, mereka menyerukan orang-orang yang menonton film di bioskop untuk menentang kegiatan fotografi tersembunyi di bioskop.

Mereka menekankan, film bukan tempat wisata yang dapat difoto. Selain itu, mereka juga menegaskan bahwa memfoto adegan film di bioskop merupakan tindakan tak beradab. Seruan-seruan kampanye ini disampaikan melalui tagar 'katakan tidak pada fotografi tersembunyi' di media sosial China, Sina Weibo.

Pengacara spesialis hukum hak cipta Xu Xinming mengatakan tindakan memotret satu foto atau merekam satu video saja sudah dapat dikategorikan sebagai fotografi tersembunyi. Sebagian orang mungkin merekam atau memfoto adegan film dengan tujuan untuk dibagikan ke teman atau kerabat saja, bukan untuk mengambil keuntungan. Meski bukan bertujuan untuk mencari keuntungan, tindakan ini tetap tergolong sebagai pelanggaran terhadap kekayaan intelektual.

"Ketika lagu pembuka film dimulai, Anda harus menyimpan ponsel Anda. //Scene// bonus juga dilarang untuk direkam. Tiket bioskop bukan tiket masuk untuk fotografi tersembunyi," jelas program televisi di China Central Television, seperti dilansir di Global Times, Rabu (10/2).

Sebagian warganet masih tidak memahami mengapa mereka tidak diizinkan untuk mengambil foto, meski hanya satu saja. Akan tetapi, sebagian lain mendukung kampanye ini demi mendukung industri perfilman.

"Ketika saya ke bioskop, lelaki yang duduk di depan saya menggunakan ponselnya untuk merekam film sepanjang waktu. Tindakan ini membuat saya jijik dan dapat mengganggu industri film," ujar satu orang warganet di Sina Weibo.

Kampanye ini diluncurkan bertepatan dengan momen penyelenggaraan festival film Spring Festival dalam waktu dekat. Dalam festival ini, akan ada tujuh film baru yang akan dirilis di bioskop-bioskop China.

Prapenjualan box office untuk film-film Spring Festival ini telah melebihi 500 juta yuan atau lebih dari Rp 1 triliun. Pencapaian ini lebih besar dibandingkan prapenjualan pada 2019. Pegiat industri perfilman China ingin melinduni prospek pasar film di China dengan cara memerangi fotografi tersembunyi di bioskop dan penyebaran film bajakan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement