REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Lembaga filantropi Dompet Dhuafa meluncurkan program Mozi Masagi (Motor Gizi Makanan Syarat Gizi) di Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu (10/2). Kabupaten Garut dipilih sebagai pilot project program tersebut lantaran daerah itu memiliki banyak kasus stunting.
Direktur Dakwah, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Dompet Dhuafa, ustaz Ahmad Shonhaji mengatakan, berdasarkan Kabupaten Garut merupakan daerah dengan angka stunting tertinggi di Jawa Barat (Jabar) dan ketiga di Indonesia. Karenanya, Dompet Dhuafa terjun ke Garut untuk melakukan intervensi penanganan kasus stunting. "Kita turun ke Garut sejak 2016. Kita berikan pendampingan kepada kader posyandu dan puskesmas berkoordinasi dengan dinkes," kata dia di Kabupaten Garut, Rabu (10/2).
Namun, pendampingan yang dilakukan Dompet Dhuafa tak melulu berjalan baik. Sebab, kasus stunting yang ada di Kabupaten Garut menyebar di banyak wilayah. Alhasil, pihaknya kesulitan untuk melakukan pencegahan dan peningkatan gizi langsung ke masyarakat.
Baru pada tahun ini, Dompet Dhuafa melakukan inovasi dengan membuat program Mozi Masagi. Dengan program itu, kendala jarak tempuh dalam melakukan pendampingan akan teratasi. "Kita buat inovasi Mozi Masagi agar pendampingan ke masyarakat dapat dilakukan dengan mudah," kata dia.
Ahmad berharap, program Mozi Masagi dapat menjadi model dalam penanganan kasus stunting, khususnya di Kabupaten Garut. Namun, untuk memperluas program itu di wilayah lain, diperlukan keterlibatan dari banyak pihak.
GM Kesehatan Dompet Dhuafa, Yeni Purnamasari mengatakan, program Mozi Masagi sangat berguna dalam menangani kasus stunting. Apalagi, di masa pandemi Covid-19 peran posyandu sedikit terganggu karena tak bisa melakukan penyuluhan seperti biasanya.
Ia menyebutkan, selama pandemi Covid-19, penanganan kasus stunting dilakukan dengan pemantauan terjadwal di posyandu dan mendatangi ibu hamil dan balita dari rumah ke rumah. Untuk balita yang memiliki masalah gizi, Dompet Dhuafa akan berikan pendampingan, salah satunya dengan mendistribusikan makanan siap saji untuk memenuhi kebutuhan gizi balita."Karena lokasi tersebar, kader akan lebih mudah untuk mendistribusikannya dengan Mozi Masagi," ujar dia.
Ia mengatakan, program Mozi Masagi saat ini baru diterapkan Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Wilayah itu dipilih lantaran menjadi salah satu lokus penanganan stunting di Kabupaten Garut. "Ini kita fokuskan dulu di sini. Nanti juga kita akan kembangkan di wilayah lain," kata dia.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Sri Prihatin mengakui, angka stunting di daerahnya masih tinggi. Namun, dari tahun je tahun, angka kasus stunting di Kabupaten Garut terus menurun. "Kenyataannya, tidak separah itu. Karena kita setiap bulan kita lakukan pemantauan balita," kata dia.
Ia menyebutkan, berdasarkan data terakhir, hanya 6,8 persen atau 13 ribu dari 22 ribu balita yang diukur dan ditimbang di Kabupaten Garut, mengalami stunting. Menurut dia, angka itu sudah mengalami banyak perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kendati demikian, Sri mengingatkan, bukan berarti penanganan stunting di Kabupaten Garut sudah tuntas. Masih banyak hal yang mesti dilakukan untuk mengentaskan kasus stunting di Kabupaten Garut. "Memang ini PR kita bersama. Tak bisa diatasi sendiri, harus dilakukan lintas sektoral," ujar dia.