Rabu 10 Feb 2021 16:44 WIB

Ridwan Kamil: Perbaiki Segera Tol Cipali

PVMBG memberikan beberapa rekomendasi terkait pergerakan tanah itu.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Petugas menyiapkan alat saat memeriksa kondisi jalan tol yang ambles di ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (9/2/2021). Jalan tol Cipali KM 122 amblas pada hari Selasa (9/2) pukul 03.00 dinihari dan mengakibatkan penutupan jalan serta pemberlakuan lawan arah mulai dari KM 117 sampai KM 126.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Petugas menyiapkan alat saat memeriksa kondisi jalan tol yang ambles di ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu (9/2/2021). Jalan tol Cipali KM 122 amblas pada hari Selasa (9/2) pukul 03.00 dinihari dan mengakibatkan penutupan jalan serta pemberlakuan lawan arah mulai dari KM 117 sampai KM 126.

REPUBLIKA.CO.ID BANDUNG--Gubernur Jabar Ridwan Kamil menilai, musim hujan dengan kondisi ekstrem selalu berujung pada tingginya potensi banjir dan longsor. Selain itu, ada potensi pergerakan tanah seperti yang terjadi di lajur Tol Cipali.

“Longsor itu bisa bukit luruh ke bawah seperti (bencana longsor) di Sumedang, atau karena air pergerakan tanah yang menimpa (di ruas jalan tol) Cipali. Saya kira tinggal diperbaiki saja,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, di Gedung Sate, Rabu (10/2).

Menurut Emil, selain di Cipali, dahulu di Cipularang juga sempat ada amblesan juga karena hujan dan kontur tanahnya. "Ingat nggak yah, tahun tahun terdahulu ada pergerakan sampai terjadi perubahan. Mudah mudahan bisa secepatnya bisa pulih sehingga tidak mengganggu arah yang ditutup, sehingga harus Contraflow,” paparnya.

Sebelumnya, gerakan tanah terjadi di Jalan Tol Cikopo- Palimanan (Cipali) KM 122, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Selasa 9 Februari 2021. Tepatnya,  terjadi di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis berada pada koordinat 6 0 32' 55" LS dan 107 0 53' 27" BT. Bencana tersebut terjadi sekitar pukul 03.00 WIB.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani, dari hasil analisisnya penyebab gerakan tanah diperkirkan terjadi karena beberapa hal. Pertama, karena kemiringan lereng yang tidak terlampau curam sehingga gerakan tanah relatif lambat.

Kedua, kata dia, kemungkinan material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi.   Pengaruh dari erosi air permukaan (air hujan maupun aliran sungai) di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar. "Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," ujar Andiani dalam keterangan resminya.

Andiani mengatakan, pihaknya memberikan beberapa rekomendasi terkait pergerakan tanah itu. Karena mengingat curah hujan yang masih tinggi, maka untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian yang lebih besar.

Adapun rekomendasi tersebut, kata dia, adalah segera memperbaiki badan jalan yang retak dan amblas agar lalu lintas di jalan tol kembali normal. Kedua, segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak meresap ke dalamnya yang dapat mempercepat pergerakan, mengarahkan aliran air permukaan agar menjauhi area retakan, Membuat perkuatan lereng di tepian badan jalan yang berada dekat dengan sungai untuk mengurangi laju erosi dan meningkatkan kestabilan lereng."Perlu penyelidikan geologi teknik sebagai landasan untuk perkuatan lereng (bor pile/sheet pile)," katanya.

Selain itu, kata dia, pengalihan arus kendaraan agar terus dilakukan hingga perbaikan jalan selesai dan tidak tampak adanya pergerakan tanah susulan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement