REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dan peneliti pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mendukung pemerintah Indonesia yang ingin memperkuat strategi pelacakan atau tracing melawan Covid-19. Meski ia menyindir penguatan strategi itu sudah terlambat.
"Indonesia walau terlambat tetap harus dilakukan rapid tes antigen diperkuat karena lebih mudah, murah dan cepat," kata Dicky pada Republika, Rabu (10/2).
Dicky menilai, negara lain sudah menunaikan tugas penguatan tracing sejak jauh hari. Sebab, seperti itulah arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam meredam gejolak Covid-19.
Dicky menyarankan, pemerintah memperkuat produksi alat tes swab antigen dalam negeri. Tujuannya, agar alat itu bisa lebih murah dan mudah diperoleh masyarakat.
"Bedanya mereka tidak ada rekomendasi WHO langsung dilakukan, produksi (alat swab antigen) nasional dilakukan biar tidak ada ketergantungan impor. Harga luar biasa murah bahkan bisa gratis untuk penduduk," ungkap Dicky.
Selain itu, Dicky prihatin karena sebagian masyarakat terpaksa melakukan testing mandiri akibat rendahnya jumlah testing dari pemerintah. Padahal, mestinya, testing secara masif jadi kewajiban pemerintah.
"Jangan mandiri karena itu bagian dari strategi penanganan Covid. Oleh karena itu gratis (dari pemerintah). Maka, pemerintah harus cari solusi yang tidak memberatkan pemerintah sendiri," ucap Dicky.