Kamis 11 Feb 2021 13:17 WIB

Wapres: Umat Islam Harus Jauhi Cara Berpikir Sempit

Pola berpikir sempit merupakan hambatan perkembangan peradaban saat ini.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Mas Alamil Huda
Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta umat Islam menjauhi cara berpikir sempit dan tidak terbuka pada perubahan. Pola berpikir demikian, kata Ma'ruf, merupakan hambatan perkembangan peradaban saat ini.

"Karena itu, saya tidak ingin umat Islam, ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini," kata Ma'ruf saat membuka Seminar Internasional “Membangun Peradaban Islam Berbasis Masjid” di Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Kamis (11/2).

Ma'ruf mencontohkan, cara berpikir sempit yang nyata saat ini, salah satunya tidak percaya dengan Covid-19 dan teori-teori konspirasi tentang sesuatu hal tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.

Ma'ruf menilai, pola pikir ini menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Hal itu pula yang menjadi salah satu penyebab negara berpenduduk Muslim banyak mengalami ketertinggalan.

"Juga masih tergolong under developed country dan mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek dan bidang lainnya," kata Ma'ruf.

Karena itu, sebaiknya cara berfikir yang dikedepankan umat saat ini yakni cara berfikir yang dikedepankan Rasulullah, yakni moderat, dinamis, namun tetap dalam koridor manhaji dan tidak ekstrem. Ia meyakini pola pikir seperti itu akan membawa umat kembali berjaya saat zaman kejayaan Islam sebelumnya.

"Pelestarian dan penerapan cara berpikir tersebutlah yang kemudian melahirkan peradaban Islam yang menjadi peradaban dunia, terutama pada zaman kejayaan Islam dari tahun 800 sampai 1258 Masehi," katanya.

Ia mengatakan, pada masa tersebut peradaban Islam menjadi supremasi peradaban dunia. Bahkan, pada masa tersebut Islam menyumbangkan berbagai ilmu pengetahuan yang menjadi dasar peradaban modern saat ini. Seperti ilmu kedokteran, fisika, aljabar, astronomi, dan sebagainya. 

Ma'ruf mengatakan, cara berpikir itu tidak memaknai sesuatu dengan tekstual. Namun, cara berpikir moderat dan dinamis juga jangan dimaknai dengan menyerahkan sepenuhnya pada perkembangan ilmu pengetahuan dan mengabaikan motivasi agama dalam memandang dan menyikapi setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan keseharian.

"Maksudnya di sini tidak berpikir secara liberal. Dengan demikian cara berpikir Islami itu tidak tekstual dan tidak liberal," katanya.

Karena itu, Ma'ruf mendorong umat Islam memperkuat cara berfikir wasathiyah secara istiqamah. Menurutnya, peran masjid pun penting yakni sebagai tempat paling baik untuk melakukan penguatan cara berfikir wasathiyah tersebut.

"Karena tidak ada umat Islam yang lepas dari pengaruh masjid. Sehingga dalam jangka panjang hal itu bisa menjadi embrio membangun kembali peradaban Islam dan menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik atau khaira ummah," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement