REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Menurut Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana pada Kamis (11/2), aparat pertahanan Filipina ingin mempertahankan Perjanjian Pasukan Tamu (VFA) dengan Amerika Serikat. Hal itu setelah digelarnya pertemuan para pejabat untuk membahas perbedaan pandangan atas hal ini.
"Kami, di Kementerian Pertahanan dan Pasukan Bersenjata, menginginkan VFA untuk berlanjut," kata Lorenzana kepada kanal berita ANC.
Rapat hari ini antara pejabat Filipina dan AS di Manila digelar setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang secara terbuka tidak setuju dengan aliansi AS, pada tahun lalu membatalkan sepihak VFA yang telah berjalan dua dekade, sebagai respons penolakan visa. Bagaimanapun, periode penarikannya telah diperpanjang dua kali untuk memberi kesempatan bagi apa yang disebut pihak Filipina sebagai gerbang untuk menyepakati perjanjian yang lebih baik.
Pertemuan tersebut merupakan yang pertama dilakukan di bawah pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang telah menekankan aliansi dengan Filipina di tengah tekanan dari China yang terus meningkat atas Laut China Selatan.
Lorenzana menyebut VFA, yang mengizinkan tentara AS beroperasi di Filipina, menjadi vital dalam peningkatan kapabilitas pasukan Filipina yang kekurangan sumber daya, melalui puluhan kali latihan gabungan tahunan.
Pentingnya hal tersebut juga ditekankan oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, dalam percakapan telepon dengan Lorenzana pada Rabu (10/2).