IHRAM.CO.ID, YANGON — China pada hari Rabu lalu menolak laporan bahwa mereka membantu militer Myanmar membangun firewall untuk memblokir media sosial, mesin pencari populer termasuk Google dan jaringan pribadi virtual (VPN).
Minggu ini, demonstrasi anti-kudeta di depan Kedutaan Besar China di Yangon telah berkembang setiap hari, dengan tuntutan utama pengunjuk rasa agar China berhenti mendukung rezim militer.
Seperti dilansir media Mynmar, irrawaddy.com, China telah lama dikenal karena hubungannya yang nyaman dengan militer di Myanmar. Apalagi, China baru-baru ini menolak untuk mengutuk pengambilalihan militer di Dewan Keamanan PBB.
Keterangan foto: Pengunjuk rasa anti-kudeta terlihat di depan Taman Kandawgyi di Yangon, ibu kota bisnis Myanmar, pada hari Rabu. (Irawaddy).
Penolakan China atas keterlibatan dalam membangun firewall muncul setelah pengguna media sosial Myanmar menerbitkan daftar lima penerbangan kargo dari Kunming, ibu kota provinsi Yunnan di China, yang tiba di Bandara Internasional Yangon pada hari Selasa, kurang lebih seminggu setelah kudeta.
Baca juga : Militer Myanmar Minta Bantuan Junta Thailand
Daftar itu menjadi viral, dengan pengguna media sosial berspekulasi bahwa China mengirim teknisi TI untuk membantu militer Myanmar membangun firewall. Rezim militer dilaporkan meminta komunitas TI untuk meninjau rancangan undang-undang dunia maya baru yang akan membatasi hak digital, kebebasan berbicara, dan akses ke informasi online di Myanmar.
Di bawah hukum, semua data elektronik individu akan diawasi oleh rezim.
Keterangan foto: Para pengunjuk rasa berdiri di depan Taman Kandawgyi di Yangon, ibu kota komersial Myanmar, pada hari Kamis. (Irawaddy)