Jumat 12 Feb 2021 10:13 WIB

Klaim Tunjangan Pengangguran di AS Capai 793 Ribu Dolar AS

PHK di AS masih tinggi meskipun terjadi penurunan substansial di tengah infeksi Covid

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi balai pengembangan keterampilan. Jumlah orang yang mencari tunjangan pengangguran turun sedikit pada pekan lalu menjadi 793 ribu. Angka ini menunjukkan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih tinggi meskipun terjadi penurunan substansial di tengah infeksi virus corona jenis baru.
Foto: M Agung Rajasa/ANTARA
Ilustrasi balai pengembangan keterampilan. Jumlah orang yang mencari tunjangan pengangguran turun sedikit pada pekan lalu menjadi 793 ribu. Angka ini menunjukkan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih tinggi meskipun terjadi penurunan substansial di tengah infeksi virus corona jenis baru.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah orang yang mencari tunjangan pengangguran turun sedikit pada pekan lalu menjadi 793 ribu. Angka ini menunjukkan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih tinggi meskipun terjadi penurunan substansial di tengah infeksi virus corona jenis baru.

Jumlah pekan lalu turun dari 812 ribu pada pekan sebelumnya, menurut Departemen Tenaga Kerja, Kamis (11/2). Angka itu direvisi lebih tinggi dari 779 ribu pada laporan terdahulu. Angka-angka tersebut juga menunjukkan, jumlah PH yang masih tinggi.

Baca Juga

Sebelum virus Covid-19 melanda di Amerika Serikat (AS) pada Maret tahun lalu, pengajuan tunjangan pengangguran tidak pernah mencapai 700 ribu, bahkan selama Great Recession.

Seperti dilansir di AP News, Kamis, pasar kerja telah menunjukkan perbaikan tentatif pada musim panas lalu, namun kembali melambat dan sempat stagnan pada dua bulan terakhir. Secara akumulasi, pengusaha sudah memangkas 178 ribu pekerjaan sepanjang Desember-Januari. Hampir 10 juta pekerjaan hilang akibat pandemi.

Laporan pemerintah pada Kamis juga menunjukkan peningkatan yang cukup besar dalam jumlah total orang Amerika yang menerima bantuan pengangguran. Termasuk di antaranya melalui program tunjangan yang diperpanjang. Data tersebut menggambarkan, pengangguran jangka panjang kemungkinan meningkat.

Secara keseluruhan, 20,4 juta orang menerima tunjangan pada pekan yang berakhir pada 23 Januari. Jumlah itu meningkat tajam dari 17,8 juta pada pekan sebelumnya. Sebagian peningkatan itu kemungkinan mencerminkan pemrosesan klaim yang terburu-buru setelah perpanjangan dua program bantuan federal tepat setelah Natal.

Pada Januari, tingkat pengangguran sebenarnya sudah turun menjadi 6,3 persen dari 6,7 persen, terutama karena lebih banyak orang mendapatkan pekerjaan. Tetapi, jumlah itu juga menggambarkan banyak orang yang telah kehilangan pekerjaan memutuskan untuk berhenti mencari kerja. Pemerintah tidak menghitung orang sebagai pengangguran kecuali mereka mencari pekerjaan secara aktif.

Pasar kerja yang terus melemah mendorong Presiden Joe Biden untuk membuat paket penyelamatan ekonomi senilai 1,9 triliun dolar AS. Proposal Biden akan memperpanjang dua program tunjangan federal menjadi Agustus, dari yang sebelumnya berakhir pada Maret.

Usulan Biden juga menaikkan tunjangan pengangguran federal menjadi 400 dolar AS seminggu dari 300 dolar AS saat ini.

Beberapa ekonom, termasuk mantan Menteri Keuangan Larry Summers, telah menyuarakan kekhawatiran dampak paket jumbo itu terhadap inflasi. Stimulus yang terlampau besar berisiko memicu inflasi dengan mendorong lonjakan belanja konsumen akhir tahun ini setelah pengendalian virus.

Tapi, pada Rabu (10/2), Gubernur The Fed Jerome Powell menggarisbawahi fokus Fed pada pasar kerja yang sedang berjuang untuk mempertahankan inflasi. Menurutnya, lonjakan inflasi yang mengkhawatirkan tidak mungkin terjadi.

Apabila itu benar-benar muncul, Powell memastikan, The Fed memiliki instrumen yang dibutuhkan untuk memadamkan inflasi. Sampai saat ini, inflasi pun masih terkendali di bawah target Fed.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement