REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --China berharap dapat memperbaiki hubungan dengan pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang baru. Namun Presiden Joe Biden menegaskan akan melanjutkan sikap tegas pemerintahan Donald Trump terhadap China. Biden bahkan menyebut China 'pesaing serius Amerika'.
Pakar Asia di Center for Strategic and International Studies (CSIS) Bonnie Glaser mengatakan ruang kerja sama masih ada, tapi perbedaannya cukup besar. "Perhatian yang ditekankan Presiden Biden pada dasarnya semua kepentingan inti China, jadi mempersempit perbedaan akan sangat menantang," kata Glaser, Jumat (12/2).
"Xi tidak menyinggung ada prasyarat untuk kerja sama bilateral dalam isu-isu seperti perubahan iklim, jadi itu salah satu hal yang positif," tambahnya.
Sebelumnya Biden melakukan kontak telepon dengan Presiden Xi Jinping Gedung Putih mengatakan dalam sambungan telepon dengan Presiden China, Biden menekankan pada Xi sudah menjadi prioritas AS untuk melestarikan keterbukaan dan kebebasan di Indo-Pasifik. Wilayah itu menjadi salah satu titik konflik antara AS dan China.
Biden juga menyuarakan keprihatinan 'fundamental' mengenai praktik perdagangan 'koersif dan tidak adil' China serta isu hak asasi manusia termasuk penindakan keras pemerintah pusat di Hong Kong dan perlakuan pada Muslim di Xinjiang. Biden pun menyoroti aksi-aksi China di Asia termasuk ke Taiwan.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Biden juga mengungkapkan keprihatinannya mengenai kurang transparannya China mengenai virus Corona. Beijing meminta pemerintah AS yang baru untuk tidak menyentuh semua isu hak asasi yang Biden singgung.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan dalam percakapan itu Xi memberitahu Biden konfrontasi antara kedua negara akan menjadi 'bencana'. Xi menekankan kedua belah pihak harus membangun kembali cara untuk menghindari kesalahpahaman.