REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 perlu diberikan sebanyak dua dosis agar bisa memberikan perlindungan yang optimal. Namun pada penyintas Covid-19, pemberian vaksin Covid-19 sebanyak satu dosis tampaknya sudah cukup untuk memberikan perlindungan yang sama.
Hal ini diungkapkan oleh dua studi berskala kecil terbaru. Kedua studi ini menemukan bahwa penyintas Covid-19 yang diberikan satu dosis vaksin Covid-19 memiliki peningkatan respons imun yang sama dengan non penyintas Covid-19 yang telah mendapatkan vaksin Covid-19 kedua.
"Orang-orang yang pernah terkena Covid-19 sebelumnya, mereka membuat antibodi dengan sangat cepat ke tingkat yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah terkena," kata peneliti senior dari salah satu studi sekaligus profesor mikrobilogi dan penyakit menular dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai Dr Viviana Simon, seperti dilansir WebMD.
Dr Simon mengatakan infeksi alami yang mengenai para penyintas Covid-19 telah memberikan efek yang serupa dengan pemberian dosis pertama vaksin Covid-19. Oleh karena itu, pemberian dosis pertama vaksin Covid-19 kepada penyintas akan memberi efek seperti booster atau vaksin dosis kedua pada orang-orang yang belum terkena Covid-19.
Berdasarkan hal ini, Dr Simon mengatakan pemberian dosis kedua pada penyintas Covid-19 seharusnya tidak dibutuhkan. Kebijakan hanya memberi satu dosis vaksin untuk penyintas Covid-19 dinilai dapat menghemat dosis vaksin yang tersedia.
"Dan juga akan membatasi ketidaknyamanan yang dialami orang-orang setelah vaksinasi," tukas Dr Simon.
Studi lainnya dilakukan oleh peneliti dari University of Maryland juga memiliki kesimpulan yang sama. Sebanyak 33 penyintas Covid-19 menunjukkan respons yang lebih kuat dibandingkan 26 orang non penyintas Covid-19 setelah diberikan dosis pertama vaksin Covid-19.
"Saya pikir ada perkembanan bukti bahwa seseorang dengan riwayat infeksi Covid-19 mungkin mampu mencapai imunitas yang cukup hanya dengan pemberian satu dosis dari regimen vaksin dua dosis," ujar Dr Amesh Adalja dari Johns Hopkins Center for Health Security di Baltimore.
Akan tetapi, Dr Adalja mengatakan kedua studi tersebut merupakan studi berskala kecil. Meski temuan dari kedua studi tersebut masuk akal dan efektif untuk diterapkan, belum ada data yang cukup untuk mendukung pendekatan tersebut. Temuan dari kedua studi ini harus diverifikasi oleh studi atau penelitian yang lebih besar lagi sebelum benar-benar diterapkan secara luas.