REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ekonomi Inggris mengalami penurunan terbesar pada 2020 lebih dari 300 tahun yang lalu karena pandemi Covid-19 yang berdampak pada penutupan restoran, industri perjalanan, dan membatasi manufaktur. Kantor Statistik Nasional menyebutkan perekonomian Inggris yang menyusut 9,9 persen pada 2020 merupakan yang terbesar sejak 1709.
“Angka-angka hari ini menunjukkan bahwa ekonomi telah mengalami guncangan serius akibat pandemi, yang telah dirasakan oleh negara-negara di seluruh dunia,” kata pejabat tinggi keuangan Inggris, Kanselir Rishi Sunak dikutip dari AP News, Jumat (12/2).
Sunak mengatakan akan mengumumkan rencana baru untuk melindungi pekerjaan dan meningkatkan ekonomi. Pandemi Covid-19 telah menghantam ekonomi Inggris lebih keras daripada kebanyakan negara demokrasi industri lainnya.
PDB Perancis menyusut 8,3 persen pada 2020, Jerman 5 persen, dan Amerika Serikat 3,5 persen. Angka PDB menunjukkan luasnya dampak ekonomi pandemi di Inggris.
Kepala ekonom Bank of England, Andy Haldane mengatakan program vaksinasi membantu Inggris mengambil jalan pintas dalam pertempuran melawan pandemi Covid-19. Haldane menilai, jika Inggris mencabut pembatasan Covid-19 kemungkinan akan memicu gelombang pengeluaran oleh konsumen dan bisnis akan cepat pulih pada akhir 2021.
Hanya saja, optimisme tersebut datang dengan latar belakang wabah Covid-19 paling mematikan di Eropa. Lebih dari 115 ribu kematian tercatat sejauh ini.
“Angka-angka ini mengkonfirmasi bahwa Inggris tidak hanya memiliki jumlah korban tewas terburuk di Eropa, kami juga mengalami krisis ekonomi terburuk di antara ekonomi besar mana pun,” kata juru bicara Partai Buruh oposisi untuk masalah ekonomi, Anneliese Dodds.