Sabtu 13 Feb 2021 10:00 WIB

Benarkah Covid adalah Bakteri, Bukan Virus? Ini Faktanya

Dokter Italia diklaim nekat melakukan pembedahan terhadap pasien Covid.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Teguh Firmansyah
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tim cek fakta Republika.co.id menemukan pesan berantai di aplikasi perpesanan yang menyebut Covid-19 bukanlah virus. Covid dianggap sebagai bakteri yang menghalangi pembekuan darah.

Informasi itu disebut didapat dari Italia yang telah melakukan bedah terhadap pasien Corona. Dokter di Italia diklaim melakukan pembedahan dengan secara nekat melanggar aturan WHO.

Baca Juga

Berikut pesannya

Penting dibaca

BREAKING NEWS!!!!!!!!!

Berita gempar Dunia : ITALY telah melakukan proses bedah mayat terhadap pasien Corona yg telah meninggal Dunia, yg mana di katakan seperti Wahyu Besar yg diterima  seluruh manusia di Dunia ini.

Italy telah menjadi Negara Pertama di Dunia yg melakukan Bedah mayat COVID -19 & setelah penyelidikan menyeluruh dibuat, mendapati bahwa Covid-19 BUKAN Virus, tetapi suatu Rahasia yg sangat besar dibongkar, yg mana yg dikatakan virus itu adalah 1 Penipuan Global sangat besar. Yg terjadi sebenarnya, Penderita Covid-19 yg mati adalah di sebabkan oleh "Amplified Global 5G Electro magnetic Radiation (Poison)".

Dokter di Italy nekat telah Melanggar Undang² WHO, yg mana WHO tidak membenarkan Autopsi (Postmortem) pd mayat orang yg telah mati akibat Virus Corona. Namun begitu, Pakar Pengobatan di Italy telah nekat melakukan Autopsi mayat penderita Covid-19 untuk mengetahui apa sebab sebenarnya kematian setelah beberapa jenis penemuan Saintifik. Dapat dikatakan sepenuhnya bahwa itu bukan Virus, tetapi Bakteri. Yg menyebabkan kematian adalah Bakteri yg menyebabkan pembekuan darah terbentuk di dalam pembuluh darah yaitu gumpalan darah di urat & saraf yg disebabkan oleh Bakteri ini & inilah yg menyebabkan kematian pada pasien.

Pakar pengobatan Italy telah mengalahkan Virus Covid-19 yg tersebar meluas di seluruh Dunia dengan menyatakan bahwa "tidak lain & tidak bukan puncak kematian pada pasien Covid-19 adalah Berpuncak pada pembekuan phelia-intra vaskular (trombosis) & cara menanganinya adalah dg menyembuhkannya yaitu dg mengambil Obat²an seperti tablet anti biotik, anti-radang & mengambil anti koagulan (aspirin) & ini dapat menyembuhkan pasien yg terkena Virus Covid-19".

Dengan penemuan ini, maka menunjukkan kepada seluruh Penduduk Dunia bahwa pengobatan bagi penyakit Covid-19 telah di temukan & berita sensasi ini dibagi keseluruh Dunia. Penemuan ini telah disiapkan oleh Pakar & dokter dari Italy dg cara Autopsi (Postmortem) mayat pasien Covid-19. Menurut beberapa Saintis Italy yg lain, Ventilator & ICU tidak pernah diperlukan. Protokol untuk ini kini telah dikeluarkan di Italy.

Terdapat pendapat umum mengatakan, bahwa China sebenarnya sudah mengetahui tentang penemuan ini tetapi tidak pernah membuat pengumuman terbuka kpd neg lain didunia.

Dg penemuan ini, info ini dimohon untuk di bagikan kpd semua keluarga, tetangga, kenalan, kawan sekantor agar mereka dapat keluar dari ketakutan Covid-19 & memahami bahwa ini bukan Virus sama sekali tetapi hanya Bakteri yg terkena radiasi 5G. & ini adalah berbahaya bagi org yg mempunyai Immune yg sangat rendah.  Juga menyebabkan radang & hipoksia. Mereka yg menjadi korban ini harus mengambil Asprin-100 mg & Apronix atau Paracetamol 650 mg.  Kenapa? Kerena telah terbukti bahwa Covid-19 menyebabkan darah membeku yg menyebabkan Trombosis org tsb & disebabkan oleh darah beku di vena & disebabkan oleh otak, jantung & paru² tidak dapat mendapat Oksigen kerena orang tersebut menjadi sukar bernafas & seseorang mati dg cepat kerena Sesak Nafas.

Dokter di Italy tidak mematuhi Protokol WHO & melakukan bedah mayat yg mati kerena Covid-19. Dokter membuka lengan, kaki & bagian tubuh yg lain & setelah memeriksa dengan betul, mereka melihat bahwa saluran darah melebar & vena penuh dgTrombi yg bisa menghentikan darah mengalir, & juga mengurangi aliran Oksigen ke dlm badan yang menyebabkan pasien mati. Setelah mengetahui penyelidikan ini, Kementerian Kesehatan Italy segera mengubah Protokol  Covid-19, & memberikan Aspirin 100 mg kepada pasien yg Positif, & memberi Empromax. Hasilnya, para pasien mulai pulih & kesehatan mrk mulai menunjukkan peningkatan yg baik. Kementerian Kesehatan Italy mengeluarkan lebih dari  14,000 pasien dlm 1 (satu) hari & mereka pulang ke rumah masing².

Hasil cek fakta

Kabar soal Covid adalah bakteri bukanlah hal baru. Informasi ini juga beredar di negara -negara Barat. Pada 29 Mei 2020 Associated Press telah mengecek silang informasi tersebut.

AP menemukan bahwa klaim itu salah. Faktanya Covid-19 tidak merespons antibiotik (untuk bakter) dan antikoagulan sehingga tak dapat mengobati infeksi. Sementara itu, pembekuan darah terjadi akibat komplikasi pada pasien Covid-19.

Sebuah studi di Italia yang dilakukan oleh ahli patologi bernama Aurelio Sonzogni di rumah sakit Ospedale Papa Giovanni XXII menyebut Covid-19 adalah wabah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Corona baru.

“Covid-19 pasti virus dan antibiotik tidak berpengaruh terhadap infeksi ini. Meskipun bantuan pernapasan intensif, banyak pasien menunjukkan tanda dan gejala yang tidak jelas. Terkadang itu terkait dengan komplikasi yang tidak terduga. Oleh karena itu, kami diminta untuk melakukan visum,” kata Sonzogni.

Lebih lanjut Sonzogni mengatakan dengan melakukan 100 autopsi, mereka menemukan Covid-19 dapat memicu kerusakan pembuluh darah, paru-paru, dan organ lain. Ini nantinya akan mengakibatkan oklusi trombotik yang menyebar. Oklusi trombotik terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di dalam pembuluh darah.

Selain itu, selama ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak memiliki aturan pelarangan autopsi seperti diklaim oleh kabar beredar di atas. WHO mengizinkan otopsi dapat dilakukan selama tindakan keamanan yang memadai diikuti. Menurut laporan AP, tidak jelas berapa banyak pasien Covid-19 yang memiliki gumpalan tersebut.

Namun, penelitian dari China, Eropa, dan AS menunjukkan gumpalan itu berkembang dari 3 persen hingga 70 persen pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19. National Institutes of Health mengatakan masih perlu banyak penelitian lagi.

“Kami memiliki banyak laporan yang sangat menyarankan pasien Covid-19 memiliki lebih banyak pembekuan terutama di pembuluh darah,” kata Profesor Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Wayne, Scott Kaatz.

Penggumpalan darah dapat diatasi dengan antikoagulan, tapi infeksi tidak bisa diobati hanya dengan pengencer darah. “Pembekuan dipicu oleh banyak penyakit. Kami tidak menggunakan aspirin (seperti diklaim oleh pesan beredar) atau antikoagulan untuk mengobati infeksi. Itu bukan penggunaan obat-obatan ini,” kata Direktur Medis Program Trombosis Universitas British Columbia di Vancouver, Agnes Lee.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement