REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Negara-negara kuat Eropa pada Jumat (12/2) mengkritik Iran karena memproduksi logam uranium yang melanggar kesepakatan nuklir 2015, juga dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Dalam pernyataan gabungan, Inggris, Jerman, dan Prancis mengingatkan bahwa Iran telah berkomitmen untuk tidak terlibat dalam produksi logam uranium dan melakukan penelitian metalurgi uranium selama 15 tahun.
"Iran tidak memiliki pembenaran sipil yang kredibel untuk kegiatan ini, yang merupakan langkah kunci dalam pengembangan senjata nuklir," kata mereka.
“Kami sangat mendesak Iran untuk menghentikan kegiatan ini tanpa penundaan dan tidak mengambil langkah baru yang tidak sesuai pada program nuklirnya. Iran merusak kesempatan bagi diplomasi baru untuk sepenuhnya mewujudkan tujuan JCPOA," ungkap mereka lagi.
Badan pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa Iran memproduksi logam uranium untuk merancang jenis bahan bakar yang lebih banyak untuk reaktor penelitian.
Tiga kekuatan Eropa telah berulang kali mendesak Teheran untuk kembali mematuhi JCPAO sepenuhnya, meski mantan Presiden AS Donald Trump mengambil keputusan pada 2018 untuk menarik diri dari perjanjian tersebut.