REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak sedikit umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa sunnah di bulan Rajab, karena bulan ini memiliki banyak keutamaan. Puasa sunnah Rajab tahun ini dimulai pada Sabtu (13/2) atau bertepatan pada 1 Rajab 1442 Hijriyah.
Saat waktu buka puasa tiba, umat Islam pun dianjurkan membaca doa. Lalu seperti apakah doa buka yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah?
Dalam buku berjudul “Pengantin Ramadhan”, M. Muchlis Hanafi menjelaskan, ada beberapa redaksi doa berbuka puasa dari Rasulullah yang sampai pada umatnya dengan kualitas periwayatan yang berbeda-beda. Doa ini tidak hanya bisa dibaca saat berbuka puasa di bulan Ramadhan, tapi juga saat berbuka puasa di bulan Rajab ini.
Riwayat pertama, yaitu dzahaba azh-zhama’u, wabtallatil ‘uruq, wa tsabatal ajru insya’allahu ta’ala. Artinya, telah hilang dahaga, urat-urat leher telah basah, dan telah ditetapkan pahala jika Allah berkehendak. Doa tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud dan an-Nasa’i dalan kitab keduanya, as-Sunan, al-Hakim dalam al-Mustadrak. Menurut ad-Daruquthni, sanad hadits ini hasan (baik atau dapat diterima).
Kedua, Mu’adz bin Zuhrah mendapat kabar bahwa Rasulullah ketika berbuka puasa berdoa, “Allahumma lakasumtu, wa ‘ala rizqika afthartu” (HR. Abu Daud).
Menurut Muchlis Hanafi, hadits Mur’adz tersebut mursal, karena dia dia tidak pernah berjumpa dengan dan hidup di masa yang berbeda dengan Rasulullah Saw. Atas dasar itu, menurut Muchlis, para ulama menganggap hadits ini lemah.
Ketiga, dari Ibnu Abbas radhiallahu anhu yang menyebutkan bahwa Rasulullah ketika berbuka membaca doa, “ Allahumma laka shumna, wa ‘ala rizqika aftharna, fataqabbal minna, innaka anta as-sami’u al alim”.
Artinya, Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa, dan atas rizki-Mu kami berbuka, terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. (HR. ath-Thabrani).
Seperti itulah beberapa redaksi bacaan doa berbuka puasa yang terdapat dalam beberapa kitab hadits. Namun, menurut Muchlis, redaksi yang populer di tengah masyarakat Indonesia adalah gabungan antara riwayat yang pertama dan yang kedua, dengan tambahan wa bika amantu dan bi rahmatika ya arhama ar-rahimin.