REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beijing sekali lagi diselimuti kabut asap pada Sabtu (13/2). Kondisi ini kembali menjadi pemandangan sehari-hari setelah beberapa hari polusi cukup berat yang melanda ibu kota Cina ini selama hari libur nasional Tahun Baru Imlek.
Jarak pandang ke seluruh Beijing sangat dibatasi oleh kabut asap pada hari kedua Tahun Baru Imlek. Puncak kelompok bangunan tertinggi di kota Beijing di timur kota hampir seluruhnya tertutup asap.
Menurut kantor berita negara Xinhua, tingkat PM (particulate meter) 2.5 atau alat yang mengukur polusi di daerah perkotaan kota itu mencapai 239 mikrogram per meter kubik. Otoritas setempat telah mengeluarkan peringatan kuning untuk polusi udara yang parah pada Kamis (11/2).
Cina memiliki sistem peringatan empat tingkat berkode warna untuk polusi udara. Warna merah paling serius, diikuti oleh oranye, kuning, dan biru. "Udaranya sangat buruk. Memulai Tahun Baru Imlek dengan cuaca seperti ini agak membuat depresi," kata pekerja sektor kosmetik Katie Li saat berjalan ke gim.
Staf di bagian Mutianyu di kawasan wisata Tembok Besar Cina utara Beijing mengatakan, mereka telah menerima sekitar 5.000 pengunjung pada Sabtu, jauh dari kapasitas harian mereka yang biasanya 20.000. Mereka telah membatasi jumlah hingga sekitar setengahnya karena aturan pencegahan Covid-19.
Beberapa pengunjung mengeluhkan kabut yang mempengaruhi pemandangan. Namun yang lain, seperti pekerja sektor perbankan berusia 32 tahun Brandon Chen, tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut.
"Meskipun udaranya tidak bagus, bagi orang-orang Cina berjalan ke puncak di tahun baru membawa banyak hal penting. Melakukan hal itu akan berarti segala sesuatunya akan menjadi lebih baik dan lebih baik untuk Anda dalam hidup Anda dan Anda akan menjadi lebih makmur setiap hari," ujar Chen.