REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Syekh Maulana Muhammad Zakariyya mengisahkan dalam kitabnya Fadhilah Haji, seperti dikutip dalam kita Tautsiq bahwa Imam Bazari rah.a menukil dari Abu Nu'man, ada seseorang penduduk Khurasan pergi haji setiap tahun. Ketika sampai di Madinah Al Munawaroh, dia selalu memberikan ikram (memberi bantuan) kepada Sayyid Thahir Alawi.
Suatu ketika seseorang berkata kepada orang Kurasan itu, "Engkau telah menyia-nyiakan apa yang engkau berikan kepada Sayyid Alwi itu karena dia menggunakannya untuk maksiat."
Maka pada tahun itu juga orang Khurasan itu tidak memberikan ikramnya kepada Sayyid Thahir Alawi, akan tetapi membagikannya kepada penduduk Madinah lainnya. Pada tahun kedua, dia juga melakukan hal yang sama.
Kemudian pada tahun berikutnya ketika dia telah bersiap-siap untuk berangkat haji, dia bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW yang bersabda kepadanya
"Kamu telah meyakini berita yang salah mengenai Thahir alami sehingga kamu menghentikan ikram (memberi bantuan) kepadanya. Janganlah berbuat demikian itu. Berikanlah kepadanya hadiah yang telah kamu hentikan itu dan untuk masa yang akan datang sesuai dengan kemampuan, berikanlah terus-menerus."
Orang Khurasan itu pun merasa sangat ketakutan. Ketika bangun dari tidur, dia menyiapkan satu kantong tersendiri yang berisi enam ratus Asyrafi untuk Sayyid Thahir.
Ketika sampai di Madinah, dia langsung menuju ke rumah Sayyid Thahir yang pada waktu itu dipenuhi oleh orang banyak. Thahir Memanggil nama orang Khuraan itu seraya mengatakan.
"Jika Rasulullah SAW tidak menyuruh kamu kemari, tentu engkau tidak akan datang kemarin. Engkau telah meyakini perkataan musuh-musuhku mengenai diriku, sehingga engkau menghentikan pemberianmu kepadaku."
Sayyid melanjutkan. "Ketika Rasulullah SAW mencela dan memerintah untuk memberi hadiah yang telah engkau hentikan selama tiga tahun, engkau baru datang kepadaku dengan membawa hadiah itu."
Setelah berkata demikian, Sayyid membuka kedua tangannya dan berkata "Bawalah kemari 600 uang Asyrafi itu."
Orang Khurasan tersebut semakin ketakutan dan berkata. "Kejadiannya memang seperti yang engkau katakan. Akan tetapi bagaimana engkau mengetahui semua ini?
Alwi rah.a berkata aku mengetahui semua kisahnya. Perbuatanmu berhenti memberikan hadiah kepadaku pada tahun pertama menimbulkan dampak dalam pemasukanku. Dan pada tahun kedua, ketika engkau datang dan pergi begitu saja dan aku mengetahuinya, maka aku dalam keadaan sangat sempit.
Kemudian dalam mimpi aku bertemu dengan Rasulullah SAW beliau bersabda janganlah kamu bersedih. Aku telah mengingatkan orang Khurasan itu melalui mimpi dan aku telah mengatakan kepadanya agar memberikan kepadamu pemberian yang telah Ia hentikan selama ini dan akan memberikan seterusnya sesuai dengan kemampuannya."
Sayyid Alawi mengaku sangat bersyukur kepada Allah atas mimpi ketemu Rasulullah itu. Untuk itu Sayyid Alawi mengetahui orang Khurasan akan datang kembali memberikan sumbangannya lagi.
"Maka aku yakin bahwa engkau telah bermimpi bertemu Rasulullah SAW."
Ketika mendengar penuturan tersebut, orang Khurasan itu mengeluarkan kantong yang berisi uang 600 dinar itu dan menyerahkannya sambil mencium tangan Sayyid Thahir Alawi dan meminta maaf atas kesalahannya.
Sayyid Samhudi rah a menulis bahwa saat itu adalah nasab Sayyid Thahir Alawi yaitu bin Yahya bin Husain bin Ja'far Al Hujjah bin Ubaidillah bin Zainal Abidin Ali bin Imam Husain radhiyallahu'anhum ajmain.