REPUBLIKA.CO.ID, IWAKI -- Lebih dari 100 orang terluka dan operasional kereta cepat dihentikan di sebagian besar wilayah timur laut Jepang pada Ahad (14/2) akibat gempa besar Sabtu (13/2) malam. Gempa berkekuatan7,3 skala Richter (SR) yang terjadi pada Sabtu menyebabkan dinding retak dan kaca pecah, serta mengakibatkan longsor di Fukushima, wilayah terdekat ke episentrum gempa.
Gempa tersebut juga mengakibatkan guncangan pada bangunan di Ibu Kota Tokyo, yang jaraknya ratusan kilometer dari pusat gempa. Menurut laporan televisi nasional NHK, dilansir dari reuters, Ahad, sedikitnya 104 orang mengalami luka, termasuk patah tulang, namun tidak ada laporan korban jiwa.
Tidak terjadi pula tsunami, serta tidak ada laporan mengenai ketidakwajaran pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Fukushima. Bagaimanapun, peristiwa itu mengingatkan pada gempa dahsyat 11 Maret 2011 yang mengakibatkan tsunami dan kecelakaan PLTN di kawasan yang sama.
Layanan kereta cepat Shinkanshen menuju kebanyakan wilayah bagian utara Jepang ditangguhkan karena terjadi kerusakan pada jalurnya, dan kemungkinan belum dapat berfungsi hingga Selasa (16/2). Meskipun semalam sambungan listrik ke ratusan ribu rumah dan bangunan terputus sesaat setelah gempa, yang terjadi pukul 23.08 waktu setempat, pagi ini kebanyakan sambungan listrik telah kembali menyala.
Namun, beberapa ribu rumah masih dalam kondisi tanpa air, dan para warga mengantre sambil membawa wadah plastik untuk mendapatkan air bersih dari truk pemasok air. Gempa bumi biasa terjadi di Jepang, sebagai daerah dengan aktivitas seismik paling tinggi di dunia. Sekitar 20 persen gempa berkekuatan6 SR atau lebih di seluruh dunia terjadi Jepang.