Ahad 14 Feb 2021 15:12 WIB

Usai Dikecam, Abu Janda Sowan ke Tokoh NU

Berkaitan dengan masalah hukum Abu Janda, itu  menjadi urusan penegak hukum.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Permadi Arya alias Abu Janda.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Permadi Arya alias Abu Janda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis dunia maya, Permadi Arya alias Abu Janda beberapa waktu lalu sempat mendapatkan kecaman dari salah satu tokoh NU, KH As'ad Said Ali. Pasalnya, Abu Janda dinilai telah memanfaatkan nama besar NU untuk kepentingan pribadi dan bisa merusak keutuhan NU melalui cuitan-cuitannya.

Menyadari semua kesalahannya, Abu Janda pun akhirnya sowan ke Kiai As’ad Ali pada Kamis (11/2) kemarin. Dalam pertemuan tersebut, Abu Janda didampingi oleh Ketua Umum Barisan Ksatria Nusantara (BKN), Muhammad Rof`ii Mukhlis alias Gus Rofi`i.

Gus Rofi’i mengaku, sebenarnya tidak terlalu kenal dengan Abu Janda. Dia mengenal Abu Janda melalui perantara seorang habib. Setelah mendapat teguran dari tokoh NU, Abu Janda pun dinasihati oleh BKN, yang dipimpin oleh Gus Rofi’i.

“Dan pesan-pesan BKN kepada Abu Janda untuk jangan bermedsos dulu, jangan menghina orang, mencaci orang, ejek-ejek orang sambil joget-joget, ternyata dia patuhi,” ujar Gus Rofi’i dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (14/2).

Dia pun bersyukur atas perubahan Abu Janda tersebut. Setelah itu, Abu Janda kemudian meminta tolong kepada BKN agar diberi kesempatan untuk bisa berbuat baik lagi dan sowan kepada para kiai, terutama kepada kiai NU.

“Abu Janda, minta tolong kepada BKN agar diberi kesempatan untuk bisa berbuat baik dan sowan ke para kiai dan tokoh masyararakat yang belum paham masalah yang sebenarnya. Dia ingin datangi untuk minta maaf, tabayyun,” ucap Gus Rofi’i.  

“Nah, kemarin Kamis, Alhamdulillaah, atas takdir  Allah, saya bisa dampingi Abu Janda (bertemu Kiai As’ad Ali),” imbuhnya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement