REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Jaya Suprana, Filsuf, Budayawan, Penggagas Rekor MURI, Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.
Selama sedasawarsa pada tahun-70an abad XX saya sempat bermukim untuk belajar dan mengajar di Jerman. Selama tinggal di Jerman sebagai sebuah negara dengan mayoritas warga Nasrani, saya tidak pernah merasakan hiruk-pikuk perayaan Hari Valentine. Sama halnya dengan perayaan Hari Natal di Jerman tidak seheboh Hari Natal di Amerika Serikat.
Sebelum hari Natal, lambat namun pasti kota-kota besar di Jerman makin sepi akibat mayoritas warga mudik ke desa-desa. Sementara jalan raya kota-kota besar kosong melompong akibat para warga di kota merayakan Hari Natal yang jatuh padam musim salju dengan berkumpul dengan keluarga di rumah masing-masing.
Yang paling meriah merayakan Natal di Jerman adalah lonceng-lonceng gereja saling bersaing memekakkan telinga mereka yang tinggal di dekat gereja.
Suasana malam kudus, sunyi senyap memang benar-benar terasa di Jerman yang memang terletak tidak terlalu jauh dari desa Oberndorf di pinggiran Salzburg, Austria di mana lagu Stille Nacht , Heilige Nacht perdana dipergelar oleh Franz Xaver Gruber dan Joseph Moor di kapela mungil Santo Nikolaus.
AMERIKA SERIKAT
Memang beda dengan masyarakat Amerika Serikat yang ekstrovert, masyarakat Jerman introvert merayakan Natal. Maka saya tidak merasakan kehebohan perayaan Hari Valentine di Jerman seperti perayaan Valentine’s Day di Amerika Serikat.
Para pengusaha Amerika Serikat maksimal memanfaatkan Hari Valentine untuk menjual produk mulai dari bunga sampai permen, cokelat dan minuman keras.
Kaum mahakayaraya sibuk bersaing membeli lalu mempersembahkan berlian minimal sepuluh karat sampai pesawat jet pribadi sebagai ungkapan kasih-sayang kepada kekasih.
Hadiah Valentine juga saling diberikan oleh para anak dan orangtua masing-masing sebagai ungkapan kasih-sayang. Pendek kata Valentine’s Day habis-habisan dieksploatir demi kepentingan komersial mengejar profit sebesar mungkin.
Kebutuhan atas bunga di Amerika Serikat pada masa Hari Valentine sedemikian meningkat sehingga bunga yang ditanam di lahan dalam negeri tidak lagi mencukupi maka terpaksa impor bunga dari luar negeri.