Senin 15 Feb 2021 22:18 WIB

Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Tekan Angka Kemiskinan

Meningkatnya angka kemiskinan masih di bawah simulasi berbagai pihak

Pelaksanaan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang berjalan dengan baik, turut berperan dalam menekan meningkatnya angka kemiskinan. Hal itu diungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia Suhariyanto dalam telekonferensi Rilis Berita Resmi Statistik Profil Kemiskinan di Indonesia September 2020, Senin (15/2).
Foto: istimewa
Pelaksanaan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang berjalan dengan baik, turut berperan dalam menekan meningkatnya angka kemiskinan. Hal itu diungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia Suhariyanto dalam telekonferensi Rilis Berita Resmi Statistik Profil Kemiskinan di Indonesia September 2020, Senin (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN--Pelaksanaan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang berjalan dengan baik, turut berperan dalam menekan meningkatnya angka kemiskinan. Hal itu diungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia Suhariyanto dalam telekonferensi Rilis Berita Resmi Statistik Profil Kemiskinan di Indonesia September 2020, Senin (15/2).  

Dikatakan, meningkatnya angka kemiskinan masih di bawah simulasi berbagai pihak karena Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) berjalan dengan baik. 

Pernyataan Bank Dunia, lanjut Suhariyanto, kalau Jaring Pengaman Sosial tidak berjalan dengan baik, kemiskinan di Indonesia bisa meningkat di atas 10 persen. 

Dijelaskan oleh Kepala BPS Provinsi Banten Adhi Wiriana, tingkat kemiskinan di Provinsi Banten selama periode Maret 2020 - September 2020 dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ekonomi Triwulan III 2020 sebesar -5,77 persen; Nilai Tukar Petani (NTP) September 2020 sebesar 101,97 lebih rendah dibanding Maret 2020 sebesar 106,01. NTP di atas 100 menunjukkan tingkat kesejahteraan petani lebih baik; Inflasi Pedesaan periode Maret 2020 -September 2020 sebesar 0,38 persen lebih tinggi dibandingkan inflasi umum periode Maret 2020-September 2020 sebesar 0,30 persen; serta, Terjadi kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2020 sebesar 2,53 poin, dimana pada Agustus 2019 sebesar 8,11 persen meningkat menjadi 10,64 persen pada Agustus 2020. 

Di Provinsi Banten, lanjutnya, pada pandemi Covid-19 kelompok masyarakat paling terdampak adalah penduduk perkotaan. Menurutnya hal itu tidak terlepas dari karakteristik Provinsi Banten yang merupakan wilayah industri, dimana mayoritas industrinya tersebar di wilayah perkotaan seperti  Tangerang Raya. 

Dipaparkan, angka kemiskinan Provinsi Banten hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan  September 2020 sebesar 6,63 persen. Pada September 2020 terjadi perubahan garis kemiskinan. Selama periode Maret 2020 -September 2020,  Garis Kemiskinan naik sebesar 1,38 persen. Dari Rp 508.091,- per kapita per  bulan pada Maret 2020 menjadi Rp 515.110,- per kapita per bulan pada September 2020. Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi    miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran  per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. 

Masih menurut Adhi, Gini Ratio di daerah perkotaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,361 naik dibanding Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,360. Sedangkan Gini Ratio di daerah perdesaan pada   September 2020 masih sama seperti Maret 2020 yaitu sebesar 0,296. Pada September 2020, distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 18,71 persen. Artinya pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. "Angka kemiskinan dan tingkat ketimpangan Provinsi Banten masih di bawah nasional," pungkas Adhi. 

Sebelumnya, Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) dalam telekonferensi Forum Renja OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Bidang Kesejahteraan Sosial Tahun 2021 (10/2) menyatakan penangan kemiskinan menjadi tugas dan amanah yang harus dilakukan. 

Dikatakan, program bantuan sosial bagi keluarga terdampak Covid-19 di Provinsi Banten sebesar Rp. 600.000 per KPM (Keluarga Penerima Manfaat) yang mencapai 421.177 kepala keluarga di Provinsi Banten. Program bantuan jaminan sosial lainnya juga ada melalui PKH (Program Keluarga Harapan). 

Pemprov Banten mengalokasikan bantuan sosial (bansos) sebesar Rp. 56,460 miliar pada APBD 2021. Sebagian dari bansos tersebut disiapkan untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19. Antara lain untuk Jaring Pengamanan Sosial (JPS), pengamanan kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat terdampak Covid-19. 

Terpisah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Banten Muhtarom menyatakan angka kemiskinan dan gini ratio Provinsi Banten masih di bawah nasional. 

"Untuk Nasional, Tingkat Kemiskinan 2020 sebesar 10,19% dan Gini Ratio sebesar 0,385. Sedangkan Banten, angka kemiskinan 2020 sebesar 6,63% dan Gini Ratio sebesar 0,365," ungkapnya,” Artinya memang kondisi peningkatan kemiskinan tidak semata-mata dialami oleh Banten tapi juga oleh seluruh Provinsi di Indonesia, terlebih kondisi ketimpangan tidak menunjukkan peningkatan signifikan” lanjutnya.

“Meskipun demikian, seiring dengan telah mulainya program vaksinasi Covid-19, pada tahun 2021 diyakini tingkat kemiskinan akan kembali turun, seiring peningkatan mobilitas masyarakat, perekonomian akan berjalan optimal bila terjadi aktifitas dan mobilitas manusia yang menciptakan nilai tambah yang berdampak pada pengurangan tingkat kemiskinan dan juga pengangguran” tuturnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement