REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menuduh Amerika Serikat (AS) mendukung militan Kurdi. Tudingan itu disampaikan usai otoritas Turki menemukan 13 jenazah personel, polisi, dan warga sipil Turki yang diculik pemberontak Kurdi di ruang-ruang bawah tanah di utara Irak.
Erdogan menyerang Departemen Luar Negeri AS setelah sempat ragu untuk menyalahkan Partai Pekerja Kurdi (PKK). "Kalian bersama mereka dan berada di balik mereka," kata Erdoğan seperti dikutip the Guardian, Selasa (16/2).
Turki dan AS sama-sama menetapkan PKK sebagai organisasi teroris. Tapi, di Suriah, Washington juga bekerja sama dengan milisi Kurdi yang memiliki koneksi di PKK. "Bila kita bersatu di NATO dan bila kita melanjutkan (aliansi) kami di Nato, Anda harus tulus pada kami," kata Erdoğan.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan mereka memanggil Duta Besar Amerika Serikat (AS) David Satterfield untuk menyampaikan ketidaksenangan Turki 'dalam istilah yang paling kuat'.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Menteri Luar Negeri Mevlüt Çavuşoglu mengungkapkan, ketidaksenangan pada pernyataan AS baru-baru ini dalam percakapannya melalui sambungan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Kementerian Luar Negeri Turki menambahkan, dalam percakapan pertama pejabat tinggi Turki-AS sejak pemerintah Presiden AS Joe Biden berkuasa bulan lalu itu kedua belah pihak membahas ketidaksepakatan mereka. Namun kedua pihak setuju untuk 'mengembangkan dialog saling menghargai yang terbuka dan tulus'.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, Blinken menyampaikan belasungkawa atas kematian para sandera. Ia juga menegaskan kembali pandangan AS bahwa 'teroris PKK yang bertanggung jawab'.
Dalam percakapan itu Blinken juga menekankan kepentingan bersama dua sekutu NATO dalam memerangi terorisme. Usai percakapan tersebut Washington mengeluarkan pernyataan baru yang mengecam langsung PKK atas kematian para sandera.
"Menteri Luar Negeri menyampaikan dukacita atas kematian sandera-sandera Turki di utara Irak dan menegaskan pandangan kami PKK yang bertanggung jawab," kata Price.
Tewas ditembak
Para korban ditemukan selama operasi pembebasan sandera di wilayah Gara, Irak, dekat perbatasan Turki. Sekitar 12 orang ditembak di kepala dan meninggal karena luka tembak di bahunya. Ketiga belas sandera itu diculik di dalam Turki sepanjang 2015 dan 2016 lalu.
Erdoğan mengatakan, dalam operasi militer terbaru sekitar 51 anggota PKK tewas. Ia juga berjanji menekan serangan lintas batas. "Kami memiliki kekuatan, kemampuan, dan tekad untuk menghancurkan teroris di mana pun," katanya.
Dalam pernyataannya, PKK mengatakan, mereka membunuh 'tahanan perang' yang terdiri atas anggota keamanan dan agen intelijen Turki sebagai balasan serangan udara Turki. Pernyataan itu dilaporkan kantor berita Firat yang memiliki koneksi dengan PKK.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan, tiga orang pasukan Turki tewas dalam operasi pembebasan sandera. Tiga orang pasukan terluka.