Selasa 16 Feb 2021 09:44 WIB

Risiko Berat Zaid bin Haritsah Saat Pilih Islam Bersama Nabi

Zaid bin Haritsah termasuk sahabat yang pertama kali masuk Islam

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Zaid bin Haritsah termasuk sahabat yang pertama kali masuk Islam. Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Zaid bin Haritsah termasuk sahabat yang pertama kali masuk Islam. Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada empat orang yang pertama menyatakan untuk memeluk Islam pada zaman Rasulullah Muhammad SAW, di antaranya adalah Zaid bin Haritsah. Awalnya, Zaid merupakan budak milik Khadijah yang dihibahkan kepada Rasulullah saat Khadijah menikah dengannya.

Dijelaskan dalam buku "Kelengkapan Tarikh Rasulullah" oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, pernah suatu ketika, ayah dan paman Zaid ingin menebusnya. Lalu mereka mencari Nabi SAW. 

Baca Juga

Mengetahui Nabi berada di masjid, mereka segera menemui Nabi di sana. Mereka mengatakan, “Wahai cucu Abdul Muthalib, wahai cucu Hasyim, wahai orang yang menjadi pemimpin kaum, Anda adalah penduduk tanah haram Allah sekaligus tetangga-Nya. Anda suka menolong orang yang menderita dan membebaskan orang yang ditawan. Kedatangan kami untuk menebus putra kamu yang ada pada Anda. Tolong serahkan dia kepada kami dan beri kami kemudahan untuk menebusnya dari Anda.”

Nabi bertanya, “Siapa yang kalian maksud?”. Mereka menjawab, “Zaid bin Haritsah.” Kemudian Rasulullah bertanya, “Apakah tidak ada pilihan lain?”. Mereka menjawab lagi, “Maksud Anda?”.

Nabi memberikan negoisasi dan mengatakan “Aku akan memanggilnya lalu aku suruh dia untuk memilih. Jika memilih kalian, dia berarti milik kalian. Jika dia memilih aku, demi Allah aku ini orang yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang yang telah memilih aku.”

Mendengar tawaran itu, ayah dan paman Zaid setuju. Kemudian Rasulullah memanggil Zaid dan menanyakan apakah dia mengenal orang-orang itu. Zaid menjawab, “Itu adalah ayahku dan pamanku.” Rasulullah mengatakan kepada Zaid, dia adalah orang yang sudah lama Zaid kenal dan Zaid tahu perlakuan selama ini terhadapnya. Lalu, Rasulullah memberikan pilihan untuk memilihnya atau memilih ayah dan pamannya.

Menanggapi itu, Zaid menjawab, “Aku akkan tetap memilih Anda untuk selamanya karena Anda bisa menjadi ayah serta pamanku.” Karena tak ingin kembali pada ayah dan pamannya, Zaid disumpahi ayah dan pamannya. Mereka mengatakan, “Celaka kamu, wahai Zaid. Kenapa kamu lebih memilih untuk menjadi budak daripada menjadi orang yang merdeka? Apakah kamu tega terhadap ayah, paman, dan anggota kerabatmu?” 

Dengan yakinnya, Zaid menjawab... 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement