Selasa 16 Feb 2021 14:50 WIB

Eksodus Pekerja Asing Berpotensi Ganggu Ekonomi Negara Teluk

Enam negara di kawasan Teluk diketahui sangat bergantung pada para pekerja asing.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Sejumlah migran Afrika berada di negara Teluk. Negara-negara di kawasan Teluk kehilangan empat persen dari populasi mereka seiring dengan eksodus para pekerja ekspatriat.
Foto: Dok Istimewa
Ilustrasi Sejumlah migran Afrika berada di negara Teluk. Negara-negara di kawasan Teluk kehilangan empat persen dari populasi mereka seiring dengan eksodus para pekerja ekspatriat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Lembaga pemeringkat basis New York, S&P Global Ratings, memperingatkan, negara-negara di kawasan Teluk kehilangan empat persen dari populasi mereka seiring eksodus para pekerja ekspatriat. Dampaknya, kawasan akan sulit melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi.

Seperti dilansir di Bloomberg, Senin (15/2), pangsa orang asing terhadap warga negara di Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Cooperation Council/ GCC) akan turun lebih jauh hingga 2023. Analis Zahabia Gupta menyebutkan, faktornya adalah pertumbuhan sektor non minyak yang lemah dan kebijakan nasionalisasi pada pasar tenaga kerja.

Baca Juga

"Produktivitas, tingkat pendapatan dan diversifikasi ekonomi negara-negara GCC mungkin akan stagnan dalam jangka panjang tanpa investasi signifikan pada modal sumber daya manusia dari populasi nasional dan peningkatan fleksibilitas pasar tenaga kerja," tulis S&P Global Ratings dalam laporannya yang dirilis Senin (15/2).

Enam negara GCC diketahui sangat bergantung pada pekerja asing yang berada di berbagai industri, seperti konstruksi dan keuangan. Mereka adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Kuwait, Bahrain, dan Oman. S&P mencatat, ekspatriat berkontribusi hampir 90 persen dari keseluruhan tenaga kerja sektor swasta di kawasan tersebut.