Selasa 16 Feb 2021 16:53 WIB

Siapa yang akan Gantikan Para Pemimpin ISIS yang Terbunuh?

Sejumlah nama digadang-gadang jadi pemimpin ISIS

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah nama digadang-gadang jadi pemimpin ISIS. Gerakan ISIS (ilustrasi)
Foto: VOA
Sejumlah nama digadang-gadang jadi pemimpin ISIS. Gerakan ISIS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam satu pekan, ISIS mengalami dua kerugian besar di Irak. Salah satunya adalah pembunuhan Abu Yasser al-Issawi, komandan keseluruhan organisasi teror di Irak, yang terbunuh di dekat Kirkuk pada 29 Januari 2021. Diikuti Abu Hasan al-Ghreibawi, wali (gubernur) ISIS untuk Irak selatan yang tewas pada 3 Februari 2021.  

Keduanya bertanggung jawab atas kebangkitan ISIS terbaru, yang berpuncak pada pemboman bunuh diri di Baghdad bulan lalu yang menewaskan 32 orang.  

Baca Juga

Dalam artikel yang ditulis Sami Moubayed dan dipublikasikan laman European Eye on Radicalization pada 15 Februari 2021, dijelaskan bahwa pembunuhan yang berulang-ulang membuat yang memproklamirkan diri khalifah, Abu Ibrahim al-Qurayshi bertugas menemukan penerus kedua pria tersebut.  

Mengganti Ghreibawi seharusnya tidak terlalu sulit bagi Quraisy, karena tidak ada kekurangan prajurit yang diindoktrinasi dalam barisan ISIS. Salah satu pilihan mungkin adalah Abdullah Mekki al-Rafei (Abu Khadijah), mantan wali Diyala dan kepala operasi militer saat ini di Kirkuk. Al-Rafei berasal dari Desa Rafeyat, tujuh puluh kilometer di utara Baghdad, dan dia saat ini berbasis di sekitar Al-Hawija, barat Kirkuk. 

Tantangan sebenarnya adalah menemukan pengganti Issawi, yang berada di urutan kedua setelah Khalifah. Qurayshi tidak hanya mengisi peran administratif dalam kasus ini, dia memilih penggantinya, seorang pria yang seharusnya memenuhi syarat untuk menjadi khalifah jika yang sekarang dibunuh, digulingkan atau dilumpuhkan  

Bagaimanapun, Qurayshi tidak diterjunkan ke dalam pekerjaan itu. Dia telah dipersiapkan mantan pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi dan diangkat sebagai kepala militer organisasi tersebut pada Agustus 2019, tiga bulan sebelum kematian Baghdadi.   

Sejak itu, khalifah baru, yang juga dikenal sebagai Abdullah Qardash, dilaporkan telah menekan tokoh-tokoh Suriah dari komando tertinggi ISIS dan menggantinya dengan warga negara Irak. Lingkaran dalamnya terdiri dari lima jihadis, tidak satu pun dari mereka orang Suriah.  

Ini sangat berbeda dengan kelompok inti yang mendirikan ISIS, yang mencakup bermacam-macam warga Suriah, Irak, Kuwait, dan Saudi. Qurayshi mulai merombak organisasi, mencoba mencegah non-Irak naik tangga hierarki, sehingga tidak ada orang asing yang pernah mengambil kendali organisasi.    

Ada daftar panjang yang harus dilalui Quraisy ketika memilih siapa yang akan jadi penerus Issawi. Dia harus menjadi komandan militer, terlatih dalam perang gerilya, lebih disukai mantan anggota pasukan Saddam Hussein, mengingat para pejuang tersebut terbukti sangat efektif dalam operasi teroris ISIS sejak 2014. 

Namun, Quraisy memiliki persyaratan lain, yang bahkan lebih penting daripada keterampilan militer. Kandidat potensial harus menelusuri garis keturunan mereka kembali ke Nabi Muhammad SAW melalui suku Quraisy, sebuah ketentuan lama dalam Islam Sunni untuk jabatan khalifah.    

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement