REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT memasang banyak naluri dan perasaan dalam diri manusia. Naluri dan perasaan ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi di sekitarnya dan berinteraksi dengan apa yang dilihat dan didengar dari orang lain. Sehingga menyebabkan tertawa, menangis, bersukacita, berduka, dan marah.
Rasulullah SAW melarang umatnya menuruti amarah, karena bisa menyeret seseorang ke hal-hal yang konsekuensinya tidak terpuji. Dalam hadits riwayat Bukhari pun Rasulullah SAW menyampaikan kepada seorang sahabat agar tidak marah. Larangan ini bahkan diulangi Nabi SAW sampai tiga kali.
Di antara cara dan solusi yang digunakan seseorang untuk mengurangi intensitas amarah dan menghindari kecerobohannya, adalah diam. Cara lainnya adalah dengan berwudhu. Dari Atiyah al-Saadi, Nabi SAW bersabda:
إن الغضب من الشيطان ، وإن الشيطان خلق من النار ، وإنما تُطْفأ النار بالماء ، فإذا غضب أحدكم فليتوضأ "Amarah dari setan, dan setan diciptakan dari api, tetapi apinya dipadamkan dengan air, maka jika salah satu dari kalian marah, biarkan dia berwudhu." (HR Abu Dawud)
Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan cara mengatasi amarah yaitu dengan mengubah posisi saat seseorang marah, dari berdiri menjadi duduk atau berbaring. Dan, pengobatan modern pun mengakui ajaran Nabi SAW soal cara mengatasi amarah.
Pengobatan modern telah mengungkapkan bahwa...