REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Ribuan hektare tanaman padi yang terendam banjir di Kabupaten Indramayu mengalami puso (gagal panen) sehingga harus tanam ulang. Petani berharap ada penambahan alokasi pupuk bersubsidi untuk wilayah yang terdampak banjir.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengatakan, dari informasi yang diterimanya pagi ini dari KTNA Kecamatan Kandanghaur, ada 2.000 hektare tanaman padi di kecamatan tersebut yang harus tanam ulang.
"Tanaman tidak bisa terselamatkan karena masih berumur muda dan terendam banjir lebih dari tiga hari," kata Sutatang kepada Republika, Selasa (16/2).
Selain di Kecamatan Kandanghaur, lanjut Sutatang, kondisi yang parah juga terjadi pada areal persawahan di Kecamatan Losarang. Namun, dia mengaku belum menerima data pasti mengenai kondisi tanaman padi di kecamatan tersebut.
"Wilayah yang paling parah memang Kecamatan Kandanghaur dan Losarang. Di wilayah lainnya, kami masih mendata, ada yang terselamatkan dan ada juga yang puso," ungkap Sutatang.
Sutatang mengatakan, tanaman padi yang mengalami puso secara otomatis harus dilakukan penanaman ulang. Petani pun mengalami kerugian yang besar. Untuk biaya tanam dan pemupukan pertama yang telah dilakukan petani di Kecamatan Kandanghaur, di kisaran Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per hektare.
Untuk itu, Sutatang berharap agar Dinas Pertanian setempat segera melakukan pendataan dan memberikan bantuan. Para petani sangat membutuhkan benih dan pupuk untuk melakukan proses tanam ulang."Apalagi pupuk kan sedang sulit," tutur Sutatang.
Sutatang menambahkan, tanaman padi yang selamat dari puso meski sempat terendam banjir, juga harus dilakukan pemupukan ulang. Hal itu terutama bagi tanaman padi yang berusia muda dan baru dilakukan pemupukan pertama.
"Untuk itu, kami berharap alokasi pupuk bersubsidi untuk Kabupaten Indramayu ditambah karena ini kan disebabkan oleh bencana alam," tukas Sutatang.