Selasa 16 Feb 2021 20:27 WIB

Penurunan Kasus Covid-19 dan Penurunan Jumlah Uji Spesimen

Efek libur panjang disebut menyebabkan jumlah spesimen yang dites menurun.

Seorang warga mengikuti tes usap antigen COVID-19 di Sekretariat Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pusat di kawasan Ampera, Jakarta, Ahad (14/2/2021).  Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengakui tingkat pengujian individu di Indonesia memang menurun dalam beberapa hari terakhir.
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA
Seorang warga mengikuti tes usap antigen COVID-19 di Sekretariat Pewarta Foto Indonesia (PFI) Pusat di kawasan Ampera, Jakarta, Ahad (14/2/2021). Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengakui tingkat pengujian individu di Indonesia memang menurun dalam beberapa hari terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Idealisa Masyrafina, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Selama sepekan terakhir jumlah kasus harian cenderung melandai. Angkanya tidak mencapai 10.000 orang per hari. Bahkan dalam dua hari kemarin, kasus harian bertahan di angka 6.000-an orang.

Baca Juga

Masyarakat seakan digiring dalam harapan pandemi perlahan mulai terkendali penanganannya. Penurunan kasus positif padahal bisa terjadi akibat berkurangnya spesimen yang dites.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengakui tingkat pengujian individu di Indonesia memang menurun dalam beberapa hari terakhir. Alasannya banyak laboratorium yang tutup selama libur panjang perayaan Imlek dan akhir pekan 12-14 Februari 2021.

"Salah satu penyebab utamanya adalah libur panjang sehingga banyak laboratorium swasta yang tidak beroperasi," kata Wiku dalam jumpa pers virtual.

Berdasarkan data harian Satgas Covid-19, penurunan tes terlihat dari jumlah spesimen yang diperiksa selama 3-4 hari terakhir. Pada Kamis (11/2), jumlah spesimen yang diperiksa mencapai 71.511 spesimen atau tidak berbeda jauh dengan Rabu (10/2) yang sebanyak 70.312 spesimen. Namun, pada Jumat (12/2), jumlah spesimen yang diperiksa menurun menjadi 53.957 spesimen.

Kemudian, Sabtu (13/2) jumlah spesimen yang diperiksa kembali menurun menjadi 37.816 spesimen dan pada Ahad (14/2) jumlah spesimen yang diperiksa sebesar 35.894 spesimen. Penurunan berlanjut pada Senin (15/2), dengan jumlah spesimen yang diperiksa sebesar 26.378, dan Selasa (16/2) sebanyak 28.167 spesimen.

"Untuk menyikapi ini pemerintah melalui Kemenkes dan satgas menggencarkan metode skrining (penapisan) dengan swab test antigen secara nasional di 514 kabupaten kota serta lebih dari 10 ribu puskesmas. Kemenkes pun terus menganalisa kemungkinan faktor lainnya," ucapnya.

Upaya penapisan dengan antigen akan diperkuat di 98 kabupaten/kota di tujuh provinsi melalui pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas bisa menerapkan tes Covid-19 untuk diagnosa menggunakan menggunakan antigen.

"Sebanyak 1,7 juta rapid antigen ditempatkan puskesmas di wilayah yang menerapkan PPKM mikro," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika.

Nadia menyebutkan, secara bertahap Kemenkes telah mengirimkan 700 ribu antigen, kemudian di akhir Maret kembali didatangkan 1 juta. Sehingga, manti totalnya sebanyak 1,7 juta antigen. Kemudian, dia melanjutkan, antigen ditempatkan di gudang dinas kesehatan (Dinkes) provinsi. Untuk sementara, dia melanjutkan, antigen ditempatkan di 98 kabupaten di tujuh provinsi yang menerapkan PPKM mikro ini.

"Ini jadi penguatan (PPKM mikro)," ujarnya.

Kemudian, dia melanjutkan, tenaga kesehatan (nakes) melakukan pengetesan memeriksa orang yang diduga terinfeksi virus ini menggunakan antigen. Dengan melakukan tes antigen hingga level puskesmas, diharapkan kondisi orang yang terjnfeksi virus ini bisa diungkap lebih dini kemudian dievaluasi.

Sebab, jika terlambat ditemukan, kondisinya bisa memburuk, kemudian bisa menjadi tanpa gejala dan tanpa disadari bisa menulari yang lainnya. Selain antigen di puskesmas, pihaknya juga tengah melatih petugas yang terdiri dari unsur babinsa, TNI/polri untuk memperkuat 3T.

Ia menambahkan petugas non-kesehatan ini menjadi tenaga yang ikut membantu pelacakan kontak erat. Sebab, dia menambahkan, pelacakan kontak erat tidak mungkin dilakukan tenaga kesehatan (nakes) sendiri.

Oleh karena itu, dia melanjutkan, tenaga non-kesehatan inilah yang ikut membantu tenaga medis melacak kontak erat. Mereka yang bertanya pada kontak erat, misalnya mengalami demam atau batuk.

Kemudian, dia melanjutkan, kalau tenaga tambahan ini mencurigai kontak erat terinfeksi bisa meminta datang ke puskesmas untuk kemudian diperiksa antigen. Ia menambahkan, rata-rata ada 300 hingga 400 tenaga non-kesehatan ini di setiap kabupaten/kota yang nantinya bertugas untuk melacak kontak erat.

"Mungkin di pekan ini mulai beroperasi (bergerak ikut membantu melacak kontak erat)," katanya.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono, namun menilai jumlah kasus harian yang rendah pada dua hari lalu bisa jadi hanya sekedar artificial data. "Bisa jadi datanya belum terbaharui semua karena banyak bencana, seperti banjir, di mana-mana," ujar Miko.

Rumah Sakit di berbagai daerah dikabarkan juga sudah mengalami penurunan keterisian pasien Covid-19. Menurutnya, perlu ada penjelasan dari Pemerintah mengapa kasus harian terus berkurang hingga mengurangi keterisian rumah sakit. Apakah karena PPKM berjalan efektif atau ada hal lainnya.

Selain itu ia tidak melihat vaksinasi sebagai penyebab penurunan kasus harian. Hal ini mengingat jumlah yang divaksinasi masih jauh lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk menciptakan kekebalan kawanan (herd immunity).

"Vaksinasi 10 juta saja belum ada dampaknya, ini baru 1 juta," katanya.

Satgas mencatat, penurunan keterisian tempat tidur di ruang isolasi terjadi cukup konsisten sejak awal PPKM kabupaten kota dilaksanakan hingga akhir PPKM mikro di minggu pertama. Pada hari pertama pelaksanaan PPKM kabupaten kota, keterisian tempat tidur ruang isolasi mencapai 67,47 persen. Namun setelah kebijakan ini berjalan selama empat minggu, angka keterisian tempat tidur pun menurun hingga 51,75 persen.

Pelaksanaan PPKM mikro selama 1 minggu disebut Satgas membuat penurunan terus berlanjut hingga mencapai 49,92 persen.

Namun, kondisi ini berbeda dengan keterisian tempat tidur di ruang ICU yang sempat mengalami peningkatan tajam pada minggu kedua PPKM kabupaten kota, yakni menjadi sebesar 69,19 persen. Kendati demikian, angka tersebut kembali mengalami penurunan selama 19 hari berturut-turut.

Penurunan kasus aktif harian sejalan dengan kondisi keterisian tempat tidur di ruang isolasi dan ICU. Kasus aktif yang turun menunjukan penularan yang juga telah mulai menurun di tengah masyarakat. Perkembangan tersebut terjadi selama periode PPKM kabupaten kota selama 4 minggu, serta PPKM mikro yang baru berjalan satu minggu.

photo
Indonesia sumbang 1,11 persen kasus Covid-19 Global - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement