REPUBLIKA.CO.ID, ELANDSDOORN -- Seorang perawat di Elandsdoorn, Afrika Selatan mengatakan tidak sabar untuk vaksinasi setelah menangani ribuan pasien Covid-19. “Begitu banyak orang, saya uji mereka dan dalam beberapa hari mereka sudah meninggal. Saya ingin perlindungan,” kata Masango yang dikutip di AP, Selasa (16/2).
Pernyataan serupa juga diungkapkan C.J. Umunnakwe, seorang ahli virologi yang bertugas di laboratorium dan telah meneliti lebih dari 40 ribu tes virus. Dia mengaku percaya dengan sepenuh hati pada vaksinasi.
“Vaksin menyelamatkan nyawa,” ujarnya, berencana untuk meluruskan orang-orang yang mungkin masih berpikiran skeptis tentang vaksin.
Mereka mengatakan sangat tidak sabar menantikan kedatangan vaksin Johnson & Johnson dan mendapatkan vaksinasi pertama mereka. Terlepas dari kenyataan bahwa vaksin Johnson & Johnson sekali pakai masih belum disetujui untuk penggunaan umum di negara manapun di dunia, tidak seperti vaksin Pfizer-BioNTech dua kali suntikan, Moderna dan Oxford-AstraZeneca.
Afrika Selatan, dengan hampir 1,5 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi termasuk lebih dari 47.000 kematian, memiliki 41 persen dari kasus yang dilaporkan di Afrika. Pekan lalu Afrika Selatan secara kontroversial memutuskan untuk membatalkan vaksin AstraZeneca, yang telah dibeli, dikirim dan disetujui di negara tersebut, dari fase pertama di mana 1,25 juta pekerja perawatan kesehatan seharusnya dijadwalkan vaksinasi.
Baca juga : Pembangunan Masjid Megah di Jalur Gaza Menuai Kritik
Keputusan mendadak itu dibuat setelah tes kecil menunjukkan vaksin AstraZeneca menawarkan perlindungan rendah hingga sedang terhadap virus yang dominan di Afrika Selatan. Meski begitu, vaksin tersebut telah disetujui dan digunakan oleh lebih dari 50 negara di seluruh dunia.