REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa mengguncang Jepang pada Sabtu (13/2) menyebabkan negara tersebut harus mematikan mayoritas fasilitas LNG dan Kilang minyaknya. Namun, peristiwa ini tak berdampak langsung pada bisnis LNG dalam negeri.
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih menjelaskan selama ini pangsa pasar ekspor LNG dalam negeri memang Jepang. Indonesia sendiri punya kontrak yang cukup banyak dengan pembeli akhir di Jepang. Namun, gempa tak membuat penjualan LNG ini terdampak.
"Indonesia memiliki kontrak dengan pembeli akhir di Jepang, baik dari Kilang LNG Bontang maupun Tangguh. Sampai saat ini, jadwal pengiriman untuk tahun 2021 ke pembeli-pembeli Jepang belum mengalami perubahan pascagempa," ujar Susana kepada Republika.co.id, Rabu (17/2).
Pasca gempa Jepang 7,3 SR pemerintah Jepang memutuskan untuk meminta semua pelaku bisnis energi di dalam negeri untuk mengevaluasi fasilitas energi. Bencana ini bahkan memaksa Jepang mematikan 20 persen operasional kilang, sumur migas dan pembangkit mereka.
Dilansir dari Reuters, perusahaan kilang terbesar milik Jepang, Eneos Corp menutup seperlima dari total kapasitas kilang mereka. Eneos sendiri tercatat merupakan pemilik kilang terbesar nomer empat di dunia.
Akibat penurunan produksi ini, Jepang kehilangan produksi minyak sebesar 743 ribu barel per hari. Angka ini merupakan 22 persen dari total produksi kilang di Jepang sebanyak 3,4 juta barel per hari.